Kamis 07 May 2015 01:50 WIB

Ada Perbedaan Pendapat Tentang Kematian Arafat

Rep: c21/ Red: Satya Festiani
Warga Palestina masih mengelu-elukan Yasser Arafat dalam perayaan milad PLO.
Foto: www.aljazeera.com
Warga Palestina masih mengelu-elukan Yasser Arafat dalam perayaan milad PLO.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Ada perbedaan pendapat antara penyelidik Rusia, dan Swiss tentang kematian Arafat. Jika Universitas Pusat Kedokteran Hukum di Lausanne, Swiss melampirkan 108 halaman yang menyatakan dia meninggal karena diracun. Berbeda dengan Rusia yang mengatakan jika Arafat tidak diracun.

Seperti yang dilansir dari JTA, istri Yasir Arafat, Suha, menyakini kematian suaminya meninggal diracun. Karena ditemukannya zat berbahaya berupa bahan radioaktif polonium.

Jaksa Perancis, Nanterre Catherine Deni, harus menentukan tentang kematian Yaser Arafat. Karena, bukti penyelidikan tentang kematian Yasser Arafat sudah dikirim sejak pekan lalu.

Kejaksaan Paris telah mengirim jaksanya bagaimana untuk memutuskan hal ini. Investigasi yang dilakukan oleh negara Perancis tentang kematian pemimpin Palestina, Yasser Arafat. Karena permintaan dari istrinya.

Jaksa Perancis yang diminta menginvestigasi penyebab kematian Arafat membuka penyelidikan pada bulan Agustus 2012. Dia telah mengajukan permohonan tindakan hukum pada Juli 2012. Sebelumnya Istri almarhum Arafat meminta otoritas Prancis di Nanterre agar memeriksa suaminya apakah meninggal karena diracun.

Pengalaman almarhum sendiri, pernah menjadi pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina selama 35 tahun, yang kemudian menjadi Presiden pada tahun 1996. Akhirnya Arafat meninggal dunia pada usia 75 tahun di sebuah rumah sakit militer di Paris, karena sakit keras pada bulan Oktober 2004.

Mulanya, laporan medis yang dipublikasikan atas kematian mantan Presiden Palestina. Karena adanya pendarahan otak besar, yang telah terinfeksi. Dokter tidak menghiraukan kematian Arafat yang dikatakan meninggal karena penyakit AIDS. Untuk mempermudah penyelidikan Prancis, Swiss dan Rusia melakukan penyelidikan. Pada akhirnya Makam mantan Presiden Palestina yang berada di Ramallah, dibongkar.

Banyak warga Palestina tetap percaya bahwa Arafat diracun oleh Israel karena ia hambatan bagi perdamaian. Israel membantah keterlibatan apapun. Arafat memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1994 bersama dengan para pemimpin Israel Shimon Peres dan Yitzhak Rabin.

Namun, banyak warga Palestina yang percaya jika pemimpinnya mati diracun oleh Israel. Karena menghambat untuk perdamaian. Almarhum memenangkan hadiah nobel perdamaian pada tahun 1994 bersama dengan para pemimpin Israel Shimon Peres dan Yitzhak Rabin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement