Rabu 20 May 2015 04:23 WIB
Pengungsi Rohingya

Tiga Penyelesaian Pengungsi Rohingnya yang Ditawarkan Indonesia

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Agung Sasongko
Foto kolase warga etnis Rohingya yang sedang didata petugas Indonesian Automatic Fingerprints Identification System (INAFIS) Polda Aceh di tempat penampungan sementara Kuala Langsa, Aceh, Senin (18/5).
Foto: Antaa/Rony Muharrman
Foto kolase warga etnis Rohingya yang sedang didata petugas Indonesian Automatic Fingerprints Identification System (INAFIS) Polda Aceh di tempat penampungan sementara Kuala Langsa, Aceh, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno LP Marsoedi akan segera melakukan pertemuan dengan menteri luar negeri Malaysia dan menteri luar negeri Thailand untuk membahas pengungsi Rohingya. Retno mengatakan, dalam pertemuan yang akan digelar di Kuala Lumpur pada Rabu (20/5) tersebut, Indonesia akan mendorong penyelesaian tragedi Rohingya melalui tiga hal.

Pertama, Retno menjelaskan, negara-negara kawasan harus menelusuri akar permasalahan di balik bencana kemanusiaan yang menyebabkan ribuan orang terkatung-katung hidupnya di lautan. Kedua, melakukan kerjasama dengan organisasi nasional seperti UNHCR dan IOM untuk melakukan verifikasi serta resettlement atau pemindahan pengungsi ke tempat lain.

Menurut Retno, dari hampir 12 ribu pengungsi Rohingya yang ada di Indonesia, setiap tahunnya hanya 500 orang yang dapat dilakukan resettlement. "Artinya kalau tidak ada proses percepatan resttlement, maka masalah ini baru akan bisa diselesaikan 12 tahun lagi. Itu dari 41 negara," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (19/5).

Ketiga, sambung Retno, negara-negara di kawasan Asean juga harus waspada terhadap isu perdagangan manusia. Sebab, perdagangan manusia disinyalir menjadi salah satu penyebab bencana kemanusiaan Rohingya terjadi. Sehingga, antar negara harus meningkatkan kerjasama pemberantasan perdagangan manusia lintas batas.

Menurut Retno, hingga kini Indonesia juga terus berusaha melakukan komunikasi dengan Myanmar, sebagai negara asal pengungsi Rohingya. Komunikasi dilakukan dengan prinsip constructive engangement untuk mengajak Myanmar berdialog bersama-sama guna mencarikan solusi bagi Rohingya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement