Kamis 21 May 2015 03:20 WIB

Fasilitas Kesehatan Medis Selalu Menjadi Target Serangan

Rep: c21/ Red: Satya Festiani
A man walks amid rubble of damaged buildings in the al-Myassar neighbourhood of Aleppo February 19, 2014.
Foto: Reuters/Jalal al Mamo
A man walks amid rubble of damaged buildings in the al-Myassar neighbourhood of Aleppo February 19, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, Jenewa -- Serangan terhadap fasilitas medis, tenaga kesehatan, dan pasien telah terjadi di setidaknya di 17 negara yang mengalami konflik dan kerusuhan sipil sejak Januari 2014, Hak Asasi Manusia Dunia dan Perlindungan Kesehatan dalam Konflik Koalisi mengatakan dalam sebuah laporan bersama yang dikeluarkan hari ini, Rabu (20/5), seperti yang dikutip dari hrw.org. Laporan ini dirilis pada pertemuan tahunan para menteri kesehatan dari seluruh dunia di Jenewa dari 18-26 Mei, 2015.

Laporan Global setebal 22 halaman, terhadap fasilitas kesehatan menyoroti serangan baru-baru ini di negara-negara di seluruh dunia.

Selama tahun lalu kelompok bersenjata telah menyerang rumah sakit, klinik, dan tenaga kesehatan dalam 41 insiden di Afghanistan dan sengaja membunuh lebih dari 45 tenaga kesehatan, terutama vaksinator polio, di Nigeria dan Pakistan. Di Suriah, di mana fasilitas medis yang berada di Aleppo telah diseranag dengan bom barel pemerintah, 194 tenaga medis telah tewas dan 104 fasilitas medis diserang sejak tahun 2014.

"Majelis Umum PBB meminta negara-negara anggota pada bulan Desember untuk mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan perlindungan bagi pekerja kesehatan," kata Ketua Koalisi, Leonard Rubenstein yang mencakup lebih dari dua lusin kelompok swadaya masyarakat.

Namun, serangan yang ditargetkan berlangsung pada fasilitas kesehatan dan kekerasan terhadap petugas kesehatan, dan tidak adanya sistem yang kuat untuk melindungi mereka. Menunjukkan haus lebih banyak yang perlu dilakukan.

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus cepat melacak inisiatif untuk mengembangkan sistem untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi tentang serangan terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga,” kata koalisi Hak Asasi Manusia Dunia. Mereka juga mendesak pemerintah dan kelompok bersenjata non-negara untuk berbuat lebih banyak untuk mencegah serangan dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab.

Organisasi menjelaskan serangan di Sudan Selatan, di mana 58 orang tewas dalam empat rumah sakit dalam serangkaian serangan di awal 2014, dan di bagian timur Ukraina, di mana diperkirakan 30 sampai 70 persen dari tenaga kesehatan telah meninggalkan wilayah tersebut karena ketidakamanan. Di Yaman, Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) militan melakukan serangan pada fasilitas kesehatan pada awal 2014, dan koalisi Arab yang dipimpin 10 negara yang dilakukan serangan udara yang menghantam rumah sakit dan mengganggu pasokan medis selama konflik pada awal 2015. Dari data dan laporan ini juga menunjukkan tren dalam serangan pada perawatan kesehatan selama satu dekade di Sudan Selatan dan Republik Afrika Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement