Jumat 22 May 2015 13:53 WIB
Pengungsi Rohingya

Myanmar: Manusia Perahu Berpura-pura Jadi Warga Rohingya

Imigran suku Rohingya dari Myanmar berada di perhu mereka yang terdampar di perairan Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Aceh, Rabu (20/5).
Foto: Antara/Syifa
Imigran suku Rohingya dari Myanmar berada di perhu mereka yang terdampar di perairan Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Aceh, Rabu (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Panglima militer Myanmar mengatakan sebagian manusia perahu, yang mendarat di Malaysia dan Indonesia bulan ini, diduga berpura-pura sebagai warga Rohingya untuk mendapatkan bantuan PBB dan banyak di antaranya pelarian dari Bangladesh, kata media pemerintah, Jumat (22/5).

Pernyataan tersebut dibuat setelah Amerika Serikat mengecam Myanmar atas kegagalannya mengatasi penyebab bencana itu, yang menurut pengamat berakar dari penolakan Myanmar mengakui Rohingya, suku kecil tinggal di Myanmar barat, sebagai warga negara.

Jendral senior Myanmar Min Aung Hlaing dalam pertemuannya dengan Wakil Menlu AS Antony Blinken, Kamis (21/5) mengatakan para pengungsi yang sekarang ditampung Indonesia dan Malaysia kemungkinan besar bukan benar-benar warga Rohingya.

"Sebagian besar korban diperkirakan mengasumsikan diri mereka sendiri sebagai Rohingya dari Myanmar dengan harapan menerima bantuan dari UNHCR", kata harian Global New Light of Myanmar.

Ia mengutip laporan bahwa para manusia perahu itu berasal dari Bangladesh. "Saya tekankan perlunya menyelidiki negara asal mereka daripada menuduh sebuah negara," demikian dilaporkan harian itu.

Sementara Blinken menekankan perlunya Myanmar mengatasi penyebab migrasi tersebut. "Termasuk diskriminasi dan kekerasan berlatarbelakang rasial dan relijius," katanya.

Untuk diketahui, sebagian besar dari 1,1 juta penduduk Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan dan hidup dalam kondisi seperti apartheid.

Malaysia dan Indonesia mengatakan mereka akan menampung sementara sebanyak 7 ribu imigran yang saat ini masih terkatung-katung di lautan, tapi tidak lebih dari itu. Kedua negara juga mengatakan tempat perlindungan sementara akan didirikan untuk menampung para imigran, namun Thailand yang selama ini menjadi titik transit bagi imigran yang ingin ke Malaysia untuk bekerja mengatakan, mereka tidak akan mengikuti langkah itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement