Senin 25 May 2015 07:03 WIB

'Imam Gay' Amerika Ini Bicara Homoseksualitas

Daayiee Abdullah, imam Gay di Amerika
Foto: wnd
Daayiee Abdullah, imam Gay di Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Daayiee Abdullah, 61 tahun, lahir dan dibesarkan di Detroit. Dia menjadi seorang gay pada usia 15 tahun. Ia masuk Islam pada usia 33 tahun saat ia belajar ke negeri Cina.

Usai belajar di Cina, ia juga mengambil studi agama di Mesir, Yordania dan Suriah. Abdullah kini menjabat sebagai Imam dan direktur pendidikan Masjid Reformasi di Washington Dc, khusus bagi mereka LGBT yang ingin mempelajari Islam. Sang Imam Gay, belakangan ini gencar mengkampanyekan gerakan cinta sesama jenis.

"Tidak ditemukan dalam Al-Quran yang dikatakan menghukum homoseksual. Dan sejarawan juga belum pernah menemukan kasus Nabi Muhammad berurusan dengan homoseksualitas," kata Daayiee dalam sebuah wawancara di sebuah radio Amerika, dilansir WND, Ahad (24/5).

Sejak 1990-an, Daayiee telah memberi advokasi untuk hak-hak Muslim LGBT di Amerika. "Ketika saya lulus SMA, saya berharap suatu hari gay Amerika akan bisa menikah. Dan sekarang, aku menginginkan masa depan mereka cerah," Jelas Daayiee Abdullah.

Dia mengatakan optimismenya berasal dari kenyataan bahwa ia telah menerima penerimaan yang berkembang di kalangan Muslim Amerika. "Semakin muda mereka, semakin mereka menunjukkan toleransinya. Muslim muda Amerika, menerima mereka Muslim LGBT," katanya,

Ditanya tentang mengapa beberapa negara Muslim masih menghukum atau membunuh kaum gay, ia menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena didasarkan pada budaya, mitologi, dan hukum pra-Islam. Sebelum menyemangati kemerdakaan LGBT, Daayiee juga pernah menjadi Imam shalat dan upacara pemakaman untuk Muslim gay yang meninggal karena AIDS.

"Mereka telah menghubungi sejumlah imam, dan tidak ada yang datang. Kami tergerak," katanya.

"Saya percaya setiap orang, tidak peduli apakah anda setuju dengan saya. Dan siapa pun boleh menilai, tapi keputusan tetap di tangan Allah," tegasnya.

Abdullah berencana untuk meluncurkan sebuah sekolah online yang disebut Mekkah Institute dengan tujuan menghubungkan Muslim dan non-Muslim untuk berdebat tentang Islam. Dia menjelaskan bahwa inspirasi proyek ini adalah "zaman keemasan Islam" (abad ke-7 sampai abad ke-13), yang ditandai dengan ulama dari berbagai agama berbagi ide.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement