Senin 25 May 2015 11:15 WIB

Pengungsi Rohingya Bangkitkan Kesetiakawanan Kita (1)

Pengungsi etnis Rohingya di Aceh.
Foto: Reuters
Pengungsi etnis Rohingya di Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rukiyah (20) duduk sambil memperhatikan bayi yang tertidur lelap di sampingnya, Muhammad Mahin yang masih berusia empat bulan. Seakan tidak merasakan panasnya gudang penyimpanan Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa, Aceh, berukuran sekitar 10x30 meter yang ditempati 257 orang pengungsi Rohingya, dan lalu lalang orang dengan disekitarnya.

Sudah sekitar 10 hari, gudang itu menjadi tempat tinggal mereka setelah hampir dua bulan terombang-ambing di laut, sejak mereka melarikan diri dan terusir dari negaranya Myanmar hingga akhirnya ditemukan dan diselamatkan nelayan Aceh.

Di usianya yang masih terbilang muda, Rukiyah harus terpisah dari suami dan keluarga besarnya, mengarungi lautan dengan seorang bayi yang kala itu belum lagi genap dua bulan usianya.

Terbayang betapa beratnya perjalanan dengan kapal nelayan yang kecil, dipenuhi manusia dan harus berjuang bertahan hidup meski tidak jelas nasib dan tujuannya. Beruntung akhirnya ditemukan oleh nelayan Aceh, dan akhirnya mereka bisa selamat.

Pada 10 Mei lalu gelombang pertama pengungsi Rohingya tiba di perairan Aceh Utara dan dibantu oleh nelayan setempat yang menyelamatkan mereka. Sejak itu, gelombang kedatangan warga Rohingya dan Bangladesh terus terjadi hingga akhirnya terdata sebanyak 1.759 jiwa pengungsi ditampung di empat titik di wilayah Aceh.

Dengan rincian yaitu sebanyak 564 jiwa di Punteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Sebanyak 672 jiwa ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, 476 jiwa di Bireun Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur, dan sebanyak 47 jiwa di gedung milik pemda Kabupaten Aceh Tamiang.

Di setiap lokasi pengungsi, selalu dipisahkan antara pengungsi Rohingya dengan Bangladesh yang seluruhnya laki-laki dewasa. Hingga saat ini masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang dikoordinasikan Pemprov Aceh melakukan kegiatan tanggap darurat dengan memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar mereka.

Berbagai bantuan terus berdatangan dari berbagai pihak untuk warga Rohingya, mulai dari nelayan, warga sekitar, hingga lewat berbagai pengumpulan dana termasuk juga dari pemerintah.

Sudah menjadi sifat masyarakat Aceh untuk memuliakan tamu, sehingga tidak segan-segan untuk membantu seribuan warga Rohingya dan Bangladesh yang terdampar karena mereka dianggap sebagai tamu yang harus dihormati.

Sikap kepedulian masyarakat Aceh mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat, melalui Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang menyampaikan terima kasihnya atas uluran tangan masyarakat. "Atas nama pemerintah, kami sampaikan terima kasih atas seluruh upaya, solidaritas, kesetiakawanan pemda dan masyarakat Aceh," kata Mensos dalam kunjungan kerjanya di Langsa, Ahad (24/5).

Kementerian Sosial juga menyalurkan bantuan senilai lebih dari Rp2,3 miliar untuk penanganan pengungsi Rohingya yang saat ini ditampung di empat titik di Provinsi Aceh. "Bantuan tersebut kita saluran dalam bentuk barang," ucap Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Margowiyono di Kota Langsa.

Margowiyono menjelaskan, bantuan untuk Kabupaten Aceh Timur sebanyak Rp611 juta berupa tenda gulung, matras, "family kit", "kids ware", makanan dan selimut.

Bantuan tersebut dikirim dari gudang regional Palembang, gudang pusat Bekasi, dan gudang Sumatera Utara.

Untuk Kabupaten Aceh Tamiang bantuan disalurkan sebanyak Rp171 juta dengan komponen yang sama yang diberangkatkan dari gudang regional Palembang, dan gudang pusat Bekasi.

Bantuan untuk Kota Langsa senilai Rp609 juta dari gudang regional Palembang, gudang pusat Bekasi. Untuk Aceh Utara senilai Rp931 juta dari gudang regional Palembang dan gudang pusat Bekasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement