Selasa 26 May 2015 16:02 WIB

Soal Bantuan untuk Rohingya, AS Tunggu Seruan PBB

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake Jr
Foto: Antara
Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake Jr

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat menyatakan, mereka menunggu aba-aba dari PBB untuk menindaklanjuti bantuan untuk para pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Indonesia dan Malaysia. AS akan segera merespon dan memberikan bantuan pada pengungsi jika PBB secara langsung telah meminta hal itu pada mereka.

"Jika PBB telah meminta bantuan pada Amerika maka kami akan dengan senang hati menanggapinya. Sebab, selama ini AS merupakan negara paling cepat dan berbaik hati dalam menanggapi masalah-masalah seperti ini," kata Blake pada wartawan usai mengisi Kuliah Umum di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Selasa (26/5).

Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert Blake mengatakan, AS sangat menyambut baik langkah Indonesia dan Malaysia yang sepakat untuk menampung 7 ribu pengungsi Rohingya dan Bangladesh. Menurut Blake, ia juga mengapresiasi upaya Indonesia melakukan aksi penyelamatan migran yang terlantar di lautan.

Sementara itu, Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2015 diminta menggunakan hak prerogatifnya untuk menyerukan digelarnya pertemuan puncak tingkat tinggi darurat. Tujuannya untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang melibatkan pengungsi Rohingya.

Dilansir New Straits Times, menurut Kandidat Doktor di Universitas Oxford, Fuadi Pitsuwan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak saat ini berada pada posisi puncak sebagai pemimpin ASEAN. ASEAN harus menunjukkan pada dunia bahwa mereka memiliki kapasitas untuk menangani masalah ini.

Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir nasib Rohingya dan penanganan para pencari suaka dari Myanmar dan Bangladesh menjadi perhatian dunia. Perdebatan timbul di antara negara-negara ASEAN mengenai bagaimana menanganinya.

Pitsuwan mengatakan, Malaysia sebagai Ketua ASEAN memiliki pilihan untuk membuktikan bahwa organisasi yang telah berdiri selama 48 tahun ini berkomitmen untuk melindungi hak manusia yang paling dasar yakni hak untuk hidup. Jika tidak, risikonya akan membuat entitas ASEAN dianggap acuh tak acuh terhadap genosida sistematis di tengah-tengah wilayahnya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement