Selasa 26 May 2015 17:01 WIB

Derita Psikologis Anak Pengungsi Rohingya (2)

Rep: Ahmad Rozali/ Red: Agung Sasongko
Pengungsi etnis Rohingya di Aceh.
Foto: Reuters
Pengungsi etnis Rohingya di Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, LANGSA -- Rafika dan Moriza merupakan dua dari puluhan pengungsi cilik yang membutuhkan penanganan khusus. Syahfitri (21) yang berasal dari Komunitas Cinta Baca Kota Langsa yang juga terlibat dalam penanganan masalah anak menggunakan pendekatan dengan cara bermain terhadap para pengungsi cilik dari Myanmar.

“Program kami kebanyakan bermain, menggambar. Melalui itu kami berupaya mengangkat beban psikologis anak-anak Rohingya,” ujar dia.

Hasil dari gambar yang dihasilkan oleh pengungsi kecil ini dipajang di depan tenda. Puluhan hasil gambar anak-anak Rohingya dipajang untuk menambah kesan ceria di kawasan tenda ceria.

Posko rumah ceria sendiri telah dibuka sejak sepekan lalu. Puluhan anggota posko Rumah Ceria lebih mamfokuskan terhadap penanganan maslah psikologis anak. Psikologi anak menurut dia, lebih terguncang daripada pengungsi dari usia yang lebih berbeda.

Selain terganggunya kondisi psikologis, para pengungsi pun mengalami masalah kesehatan. Persoalan kesehatan yang paling banyak dialami oleh para pengungsi adalah penyaki diare, dehidrasi dan asam lambung.

“Mereke kan dua bulan di laut, kekurangan cairan dalam tubuh itulah alasan utamanya,” ujar salah seorang perawat di pos pengungsi Kuala Langsa, Surgiani.

Dari penanganan kesehatan selama hampir dua minggu, ia menyimpulkan menurunnya kesehatan para pengunsgsi dikarenakan kurangnya asupan makanan dan minuman selama di atas kapal. Surgiani juga melaporkan, terdapat salah seorang balita berusia tiga tahun yang meningal dunia akibat penyakita yang dideritanya.

Surgiani menjelaskan, penanganan kesehatan pengungsi pengungsi secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, selama penyakit yang dideritanya belum akut, maka akan ditangani di posko kesehatan yang ada di lokasi pengungsian.

“Kalau penyakitnya tidak parah akan ditangani di sini (posko kesehatan di pengungsian), tapi kalau sudah akut akan dirujuk ke RSUD Kota Langsa,” ujarnya.

Di posko kesehatan tersebut, terdapat tiga pengunsi dewasa yang dirawat. Ketiga pengungsi tersebut diduga mengalami diare.

Ia juga mengatakan, terdapat puluhan petugas yang bertugas di posko kesehatan di kawasan pengungsian. Puluhan petugas berasal dari berbagai puskesmas di kawasan Kota Langsa. “Kami ada sekitar 25 orang. Jadi tiap hari diberi jadwal jaga,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement