Sabtu 30 May 2015 01:11 WIB

Myanmar Bersikeras tak Mau Disalahkan Soal Pengungsi Rohingya

Rep: melisa riska putri/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah massa yang tergabung dalam Solidaritas Indonesia Untuk Kemanusiaan melakukan aksi solidaritas untuk Rohingya di Depan Dubes Myanmar, Jakarta, Jumat (29/5).  (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah massa yang tergabung dalam Solidaritas Indonesia Untuk Kemanusiaan melakukan aksi solidaritas untuk Rohingya di Depan Dubes Myanmar, Jakarta, Jumat (29/5). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pejabat Myanmar mengkritik peserta yang menyalahkan negaranya sebagai penyebab krisis migran. Menurutnya, sikap 'menunjuk' seperti itu tidak akan membantu.

Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Myanmar, Hit Linn yang bertindak sebagai delegasi dalam pembicaraan regional di Bangkok, Thailand membahas krisis imigran di Asia Tenggara, Jumat (29/5).

Linn mengatakan hal tersebut setelah beberapa pejabat mendesak delegasi untuk mengatasi akar penyebab masalah.

Mereka mengatakan penyebab minoritas Muslim Rohingya melarikan diri karena adanya penganiayaan yang didominasi Budha Myanmar selama bertahun-tahun. Seorang pejabat tinggi PBB bahkan menyerukan agar minoritas Rohingya mendapat kewarganegaraan.

Negara-negara Asia telah berjuang menghadapi tumbuhnya gelombang imigran yang menepi di pantai Indonesia, Malaysia dan Thailand. Dalam beberapa pekan terakhir, setidaknya 3.000 orang telah terdampar atau diselamatkan oleh nelayan. Beberapa ribu lebih juga diyakini masih berada di laut.

Beberapa di antaranya merupakan warga Bangladesh yang meninggalkan tanah airnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Namun yang terbanyak adalah Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaaan di Myanmar dan tidak mendapat hak-hak dasar. Lebih dari satu juta Rohingya yang tinggal di negara tersebut tidak memiliki kewarganegaraan.

sumber : a
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement