Rabu 01 Jul 2015 21:07 WIB

Jelang Referendrum, Bank-bank Yunani Diserbu Pensiunan

Rep: Gita Amanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Ratusan orang berkumpul di London, Inggris, mengelukan dukungan mereka terhadap ekonomi Yunani sekaligus mengkritik cara Bank Sentral Eropa membantu ekonomi Yunani.
Foto: Reuters
Ratusan orang berkumpul di London, Inggris, mengelukan dukungan mereka terhadap ekonomi Yunani sekaligus mengkritik cara Bank Sentral Eropa membantu ekonomi Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Menjelang referendum yang akan digelar Yunani pada 5 Juli mendatang, antrean panjang masih mengular saat sekitar 1.000 cabang bank akhirnya diperintahkan dibuka kembali, Rabu (1/7). Pembukaan tersebut untuk membantu pensiunan yang putus asa tanpa kartu Anjungan Mandiri Tunai (ATM) untuk mendapatkan 120 euro dari cek pensiun mereka.

BBC News melaporkan, banyak pensiunan menunggu di luar bank sebelum fajar. Mereka bahkan mengantre hanya untuk diberitahu kembali pada Kamis atau Jumat. Beberapa pensiunan lain dikabarkan dana pensiun mereka belum disetorkan.

"Ini sangat buruk. Saya khawatir itu akan lebih buruk lagi. Saya tak tahu mengapa hal ini terjadi," kata salah seorang pensiunan Popi Stavrakaki (68 tahun).

Akhir pekan lalu, bailout internasional berakhir. Kondisi semakin tegang setelah Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengumumkan ia akan menempatkan proposal kesepakatan bailout tersebut dalam sebuah referendum pada Ahad. Ia juga mendesak warga untuk memilih 'tidak' pada saat referendum.

Nasib Yunani akan dikembalikan kepada rakyatnya. Pada 5 Juli mendatang, warga Yunani akan diminta memilih untuk referendum kesepakatan bailot atau dana talangan untuk negara tersebut.

Mereka akan dihadapkan pada pilihan 'Ya' atau 'Tidak', yang akan menentukan apakah negara tersebut bisa mendapatkan dana pinjaman asing. Sebuah jajak pendapat dilakukan pada 28-30 Juni, hasilnya diterbitkan di harian Efimerida ton Syntakton.

Namun sebuah langkah mengejutkan terjadi pada Selasa (30/6). Wakil Perdana Menteri Yunani Dragasakis mengisyaratkan pemerintah mungkin akan terbuka pada hasil pemilihan. Ia mengatakan keputusan merupakan keputusan politik.

Dilansir The Los Angeles Times, Ekonom Anil Kashyap dari Universitas Chicago menyatakan uang untuk menyelamatkan Yunani bisa dengan mudah didapatkan. Namun yang dikhawatirkan adalah dampak politik keluarnya Yunani dari zona euro.

Kashyap mengatakan, hingga kini zona euro masih dianggap 'keramat'. Meski tak ada ketentuan yang ditetapkan untuk sebuah negara, sekali dalam zona, untuk meninggalkannya. Jika Yunani melakukan itu, bisa membuka pintu bagi negara-negara lain yang menganggap mereka dirugikan mata uang tunggal euro.

Harga yang 'dibayar' untuk bailout adalah reformasi penghematan drastis. Ini cenderung tak proporsional bagi mereka yang berpenghasilan rendah di Yunani. Bailout juga tak akan menghapus utang, sehingga beban utang pemerintah tak berubah.

sumber : Reuters/ AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement