Senin 06 Jul 2015 00:01 WIB

Yunani Adakan Jajak Pendapat

Rep: C07/ Red: Winda Destiana Putri
Bendera Yunani/ilustrasi
Foto: greecepictures.org
Bendera Yunani/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani melakukan pemungutan suara dalam referendum pada Ahad (5/7). Dalam jajak pendapat terbagi rata apakah ada yang menerima pinjaman kreditur sebagai salah satu cara penyelamatan krisis atau menolak kesepakatan.

Jajak pendapat tersebut dibuka sejak pukul 07.00 pagi sampai pukul 19.00 waktu setempat. Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengatakan dengan menerima pinjaman adalah salah satu bentuk "penghinaan". Ia pun mengajak warga Yunani untuk memberikan suara tidak, karena akan memberi peluang terhadap Yunani untuk hidup lebih bermartabat di Eropa serta memberikan kekuatan yang lebih besar dalam perundingan dengan para kreditor Eropa.

"Pada Ahad kita harus mengirimkan pesan demokrasi dan martabat ke dunia," kata Tsipras.

Dikutip Reuters, atas sikapnya tersebut, pihak oposisi pun menuduh Tsipras membahayakan keanggotaan Yunani di zona euro, sehingga mengatakan "ya" adalah pilihan umtuk menjaga mata uang umum.

Menteri Keuangan Yunani, Yanis Varoufakis menuduh apa yang sedang dilakukan para kreditor terhadap Athena adalah tindakan terorisme.

Varoufakis mengatakan, apa yang diinginkan Brussels, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Sentral Eropa dan Komisi Eropa aadalah suara “ya” atau “mendukung” sehingga mereka bisa mempermalukan Yunani.

Namun, ia yakin kesepakatan dengan para kreditor akan tercapai karena kegagalan untuk mencapai persetujuan akan sangat merugikan kedua pihak. Karena, jika Yunani jatuh maka Eropa akan merugi triliunan euro.

Sementara itu, Menteri Keuangan Austria Hans Joerg Schelling menegaskan Eropa tidak akan menderita jika Yunani meninggalkan zona euro, justru Yunani sendirilah yang akan merasakan konsekuensinya.

“Bagi Eropa, secara ekonomi, ini akan mudah ditangani. Bagi Yunani, keadaannya akan jauh lebih dramatis,” katanya.

Lebih jauh Schelling mengatakan, kecemasan bahwa kemiskinan akan merajalela di Yunani terlalu dilebih-lebihkan. Ia mengatakan, Yunani akan harus merundingkan program bantuan baru, apapaun hasil referendum.

Sebelumnya pada Jumat (3/7) empat hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa pilihan 'Ya' dan ingin Yunani tetap menggunakan mata uang euro  sekitar 75 persen dan sisanya memilih "tidak".

Salah seorang warga Yunani Aris Spiliotopoulos (22) mengaku memberikan suara "ya". "Aku voting 'ya' karena saya percaya bahwa masa depan saya dan bahkan masa depan anak-anak saya ', dalam dua puluh atau tiga puluh tahun dari sekarang, berada di zona euro dan Uni Eropa," kata Spiliotopoulos pada malam referendum.

Berbeda dengan guru olahraga Alkiviadis Kotsis yang memberikan suara  "tidak" karena negara dan rakyatnya tidak bisa mengambil lebih penghematan.

"Tidak peduli berapa banyak pinjaman yang Anda ambil, Anda tidak bisa mendapatkan dengan jika Anda tidak menghasilkan sesuatu. Anda tidak dapat melakukan apa-apa," katanya.

Profesor ilmu politik Universitas Yale, Stathis Kalyvas mengatakan pemerintah Yunani akan menghadapi tantangan yang menakutkan tidak peduli cara yang orang berjalan. Dalam kasus "tidak" menang, Kalyvas mengatakan pemerintah Yunani dapat dihadapkan dengan penolakan negara-negara zona euro lainnya untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik karena ketidakpercayaan mereka terhadapTsipras.

"Pilihan “Ya" memang tidak akan berarti jalan ke meja perundingan penuh dengan hasil yang baik, tapi kemungkinan akan mengantar pemerintahan baru dengan tembakan di negosiasi perbaikan kesepakatan,” kata Kalyvas.

Dia mengatakan jika Uni Eropa ingin menjaga Yunani di zona euro, itu harus datang dengan "rencana yang sangat murah hati" karena biaya krisis telah melonjak ke tingkat yang tak terduga.

Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble, yang mengatakan kepada harian Bild, Sabtu bahwa negosiasi masa depan antara Yunani dan kreditor akan "sangat sulit," karena situasi ekonomi negara telah memburuk secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement