Senin 06 Jul 2015 01:01 WIB

AS Mata-matai Pejabat Brasil

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Winda Destiana Putri
WikiLeaks
Foto: onlineusanews
WikiLeaks

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Agen mata-mata Amerika Serikat memata-matai Presiden Brasil, Dilma Roussef beserta pejabat tinggi politik dan finansial. Hal tersebut terungkap dari rilis yang dilakukan WikiLeaks.

Pengungkapan rahasia ini diterbitkan pada stus WikiLeaks, Sabtu (4/6) kemarin. Dalam publisitas tersebut, Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) menyadap 29 nomor telepon pemerintah Brasil.

Tidak hanya Presiden Rousseff yang menjadi target mata-mata tapi juga asisten, sekretaris, kepala staf, kantor istana dan telepon di jet presiden tidak luput dari pantauan agen NSA.

"Bahkan dalam perjalanan resminya, Presiden Rousseff tidak aman dari penyadapan," kata WikiLeaks dalam sebuah pernyataan dkutip dari Aljazirah, Ahad (5/7).

Publikasi ini menyoroti skandal mata-mata yang sebelumnya pernah terjadi pada 2013. Saat itu, hubungan antara AS dan Brasil rusak dan mendorong Rousseff membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Washington. Hal tersebut mempermalukan Presiden As Barack Obama.

Namun Rousseff akhirnya mengunjungi AS pekan ini. Ia merasa yakin bila AS tidak akan kembali memata-matai pemimpin di negara-negara sekutu. "Beberapa hal telah berubah. Saya percaya Presiden Obama," katanya selama kunjungan baru-baru ini.

Dalam website Intercept yang pertama kali melaporkan data WikiLeaks mengatakan, penyadapan rupanya telah dimulai pada awal 2011 atau bahkan jauh lebih awal.

WikiLeaks mengatakan, ponsel Mantan Menteri Luar Negeri 2013-2015 dan Duta Besar Brasil untuk AS, Luiz Alberto Figueiredo Machado menjadi target penyadapan. Begitu juga dengan ponsel Jaksa Agung untuk Kementerian Keuangan.

Pengungkapan terbaru ini muncul setelah sebelumnya WikiLeaks menunjukkan bila AS memata-matai para pejabat pemerintah Jerman dan Prancis. Dua negara sekutunya di Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement