Selasa 07 Jul 2015 07:45 WIB

Muslim Xinjiang yang Selalu Mengabarkan Nestapa

Muslim di Xinjiang menjalankan ibadah shalat.
Foto: AP
Muslim di Xinjiang menjalankan ibadah shalat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Harun Husein

Xinjiang tak kunjung tenang. Wilayah otonomi Uighur di barat laut Cina, ini, selalu saja mengabarkan nestapa Muslim, yang hak asasinya diinjak-injak pemerintah Komunis Cina. Dua kali kawasan ini coba dimerdekakan, dua kali pula republik Islam berdiri di sana, namun negara baru itu selalu berhasil dibubarkan.

Jika Anda membayangkan Xinjiang sebuah kawasan kecil di tepi gurun pasir Asia Tengah, Anda keliru. Xinjiang adalah sebuah kawasan besar, luasnya setara dengan tiga pulau Sumatra, atau sama dengan Pakistan dan Afghanistan digabung jadi satu. Sejak dulu, Xinjiang merupakan wilayah penting yang diperebutkan.

Dulu, Xinjiang merupakan urat nadi perdagangan dunia, karena berada di Jalur Sutra. Kini, Xinjiang merupakan wilayah yang kaya sumberdaya alam. Ungkapan ‘di mana ada azan di situ ada minyak’, juga terbukti di sini. Cadangan mi nyak dan gas terbesar Republik Rak yat Cina (RRC) ada di sini, khususnya di Xinjiang bagian selatan (Tarim Basin), tempat Muslim Uyghur sejak dulu ting gal menetap di bawah sistem pemerin tahan tradisional yang disebut Khanate atau Khaganate.

Dengan luas 1,6 juta kilometer persegi, Xinjiang setara dengan 17 persen wilayah Cina, dan merupakan wilayah otonomi terbesar di Cina. Namun, namun hanya lima persen (80 ribu kilometer persegi) wilayahnya yang bisa ditinggali. Meski demikian, wilayah yang hanya lima persen ini setara dengan 100 kali luas daratan Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement