Rabu 08 Jul 2015 01:30 WIB

Korsel Khawatir dengan Adanya Akademi Militer Jepang

Bendera Jepang dan Bendera Korsel.Ilustrasi.
Foto: REUTERS
Bendera Jepang dan Bendera Korsel.Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan, Selasa, mengatakan sedang mencari "beragam" metode untuk mengatasi kekhawatiran umum terkait pendaftaran akademi tua Jepang, yang terkait masa militeristik negara itu, sebagai warisan dunia.

Akademi Shokasonjuku di Prefektur Yamaguchi masuk dalam 23 tempat Jepang, yang ditambahkan ke daftar Warisan Dunia UNESCO, Ahad, sebagai tanda "Revolusi Industri Meiji". Paket itu termasuk tujuh loka industri awal, tempat hampir 60 ribu warga Korea dipaksa bekerja dalam keadaan keras pada awal 1940-an, ketika Korea berada di bawah kekuasaan Jepang.

Korea Selatan, anggota Komite Warisan Dunia, memfokuskan upaya diplomatik pada membujuk Jepang untuk mengakui sejarah kerja paksa. Tapi, silang pendapat baru meletus di Korea Selatan terkait pendaftaran akademi itu, yang dijalankan Shoin Yoshiada (1830-1859), yang dikenal sebagai pemain kunci dalam imperialisme dan ekspansionisme Jepang.

Sekolah swasta itu menghasilkan sejumlah pemimpin puncak di belakang modernisasi dan agresi Jepang, termasuk aneksasi Korea pada 1910-1945. Sejumlah penggiat mengatakan pendaftaran akademi itu sebagai warisan dunia sama saja dengan membiarkan Jepang untuk membenarkan dan memperindah masa militeristik negara itu. Pemerintah Korea Selatan mengatakan juga memiliki kekhawatiran tersebut.

"Kami sedang mengkaji cara (untuk menangani masalah) ini pada berbagai tingkatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Noh Kwang-il pada konferensi pers.

"Kami percaya bahwa itu tidak efektif untuk membahas masalah itu pada Komite Warisan Dunia," jelasnya. Namun, dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement