Kamis 30 Jul 2015 16:51 WIB

Kematian Pemimpin Taliban Dianggap Angin Segar Pembicaraan Damai

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Mullah Omar menjadi salah satu buruan Biro Investigasi Federal (FBI) AS.
Foto: AP
Mullah Omar menjadi salah satu buruan Biro Investigasi Federal (FBI) AS.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan menyatakan berita kematian pimpinan Taliban Mullah Omar merupakan angin segar bagi babak baru pembicaraan damai Taliban dan Afghanistan. Namun, Taliban justru menyatakan ketidakpeduliaan mereka pada perundingan damai.

Istana kepresidenan Afghanistan pada Rabu (29/7) menyatakan pemimpin gerakan Taliban meninggal lebih dari dua tahun lalu. Kematian Omar dinilai dapat lebih memuluskan perundingan damai kedua pihak.

Pemerintah Afghanistan percaya pembicaraan damai lebih terbuka sekarang dari sebelumnya, dengan demikian panggilan untuk semua kelompok perlawanan bersenjata untuk mengambil peluang ini dan bergabung dengan proses perdamaian.

Taliban mengatakan pada Kamis (30/7), mereka tak peduli dengan putaran baru pembicaraan damai di Pakistan. Pernyatan tersebut menunjukkan kemungkinan kelompok akan menarik diri dari perundingan.

Putaran pembicaraan damai resmi pertama diselenggarakan di Islamabad awal bulan ini. Pertemuan diawasi oleh perwakilan dari AS dan Cina, yang berakhir dengan kedua pihak menyatakan setuju untuk kembali bertemu.

Pekan ini, Pakistan mengumumkan putaran kedua akan berlangsung Jumat (31/7), di kota resos Murree. Tapi Taliban pada Kamis menyampaikan pernyataan kontradiktif dengan menyebut diri mereka "Emirat Islam".

Taliban berusaha menggulingkan pemerintahan di Kabul sejak 2001, saat AS menginvasi Afghanistan. Setelah invasi AS, sisa-sisa Taliban yang dipimpin Omar melarikan diri melintasi perbatasan Pakistan. Mullah Omar belum pernah terlihat di muka publik sejak itu.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement