Ahad 30 Aug 2015 04:00 WIB

38 Gadis Tewas Dalam Kecelakaan Truk

Rep: c25/ Red: Dwi Murdaningsih
Bagian depan mobil yang mengalami kecelakaan ringsek dan roda terpental. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Bagian depan mobil yang mengalami kecelakaan ringsek dan roda terpental. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Setidaknya 38 anak perempuan dan wanita muda tewas dalam kecelakaan saat bepergian ke festival tradisional yang terkenal di Swaziland, sebuah negara kecil di selatan Afrika.

Dilansir dari arabnews, Jaringan Solidaritas Swaziland menuturkan selain 38 gadis yang tewas, sekitar 20 orang lainnya mengalami luka-luka ketika truk mereka bertabrakan dengan kendaraan lain pada hari Jumat (28/8). Para perempuan muda dan gadis-gadis yang diduga bepergian dengan sebuah truk terbuka.

Swaziland adalah sebuah negara pegunungan kecil berpenduduk 1,4 juta orang Afrika Selatan, yang berbatasan timur laut dengan Mozambik. Wartawan Swazi mengungkapkan fotografer dilarang untuk mengambil gambar di tempat kejadian.

Seorang polisi berpangkat tinggi yang dihubungi oleh The Associated Press menolak berkomentar dan mengatakan masalah itu terkait dengan otoritas tertinggi, sehingga tidak ada rincian yang bisa diungkapkan ke media.

Para gadis itu bepergian di jalan raya antara kota Swazi, Mbabane dan Manzini, ketika truk yang membawa mereka menabrak kendaraan lain dan kemudian dihantam di bagian belakang oleh truk yang kedua.

"Kami berada sekitar 50 papan dari truk pertama yang menabrak van Toyota," kata Siphelele Sigudla (18), salah satu korban selamat.

Gadis-gadis dan wanita muda itu sedang dalam perjalanan menuju kediaman kerajaan Swazi untuk sebuah acara tahunan. Sekitar 40.000 orang berpartisipasi dalam upacara selama delapan hari. Di acara itu, mereka menyanyi dan menari.

Swaziland adalah negara monarki absolut terakhir di Afrika, yang diperintah oleh Raja Mswati III sejak 1986. Swaziland mengadakan pemilihan parlemen pada tahun 2013, tapi banyak pengamat internasional mengatakan proses pemilihan dimanipulasi untuk memperpanjang kekuasaan raja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement