Senin 31 Aug 2015 18:03 WIB

Kamboja Ogah Terima Tahanan Pengungsi Australia

Rep: Gita Amanda/ Red: Esthi Maharani
Kapal pencari suaka ini semula dilihat oleh sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Australia Barat.
Foto: abc
Kapal pencari suaka ini semula dilihat oleh sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Australia Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja mengatakan pada Senin (31/8), mereka tak berniat untuk menerima lebih banyak pengungsi dari pusat kamp tahanan pengungsi Australia di Pasifik Selatan. Padahal kedua negara sepakat terkait masalah pengungsi pada September lalu.

Belakangan Australia bersumpah untuk menghentikan para pencari suaka yang berlayar dari Indonesia dan Sri Lanka mendarat di pantainya. Mereka mengarahkan orang-orang tersebut ke kamp di Papua Nugini dan Nauru.

Australia dan Kamboja pada September lalu sepakat, bahwa beberapa pengungsi dari Nauri akan dimukimkan di Kamboja. Hal ini dalam pertukaran untuk bantuan Australia, tetapi hanya empat yang telah tiba sejak saat itu.

"Kami tak memiliki rencana menerima lebih banyak pengungsi dari Nauru," ungkap juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kamboja Jenderal Khieu Sopheak kepada Reuters.

Jenderal Khieu mengatakan, dengan situasi Kamboja saat ini maka mereka tak bisa menerima ratusan atau ribuan pengungsi. Sehingga menurutnya semakin sedikit yang mereka terima semakin baik.

Namun Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop membantah kesepakatan runtuh. Menurutnya Kamboja telah berkomitmen untuk solusi regional menampung sejumlah pencari suaka.

"Ini keinginan untuk memanfaatkan keterampilan pekerja asing dan dengan cara ini mereka dapat menampung orang di Kamboja yang dapat membantu meningkatkan GDP," ujar Bishop.

Sebagai bagian dari kesepakatan tahun lalu, Kamboja akan mendapatkan dana senilai 28,56 juta dolar untuk bantuan. Seorang juru bicara oposisi Australia Rihard Marles menggambarkan kesepakatan sebagai 'lelucon mahal'.

Tiga warga Iran dan satu Rohingya telah melakukan perjalanan ke Kamboja pada bulan Juni di bawah rencana tersebut. Mereka telah tinggal di sebuah villa di Phnom Penh yang disediakan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang didanai oleh Australia.

IOM menolak untuk mengomentari pernyataan pemerintah Kamboja. Mereka mengatakan para pengungsi akan terus ikut pelatihan bahasa dan orientasi budaya dan telah meminta untuk privasi.

Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton mengatakan ia berharap kesepakatan Kamboja harus dihormati.

"Ada orang lain di Nauru sekarang yang siap untuk pergi ke Kamboja dan kami sedang merinci detailnya dengan pihak berwenang," kata Dutton.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement