Rabu 02 Sep 2015 11:03 WIB

Bangkok Tangkap Tersangka Asing Kedua

Rep: Gita Amanda/ Red: Esthi Maharani
 Foto kombinasi menunjukkan orang berbaju kuning yang diduga pelaku bom, datang naik tuk-tuk (taxi khas Thailand beroda tiga) dan kemudian pergi dengan boncengi motor di kawasan Erawan Shrine, Bangkok, Thailand.
Foto: Royal Thai Police via AP
Foto kombinasi menunjukkan orang berbaju kuning yang diduga pelaku bom, datang naik tuk-tuk (taxi khas Thailand beroda tiga) dan kemudian pergi dengan boncengi motor di kawasan Erawan Shrine, Bangkok, Thailand.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha mengatakan, seorang tersangka asing kedua telah kembali ditangkap pihak berwenang sehubungan dengan pemboman mematikan di Kuil Erawan Bangkok. Ia mengatakan, tersangka pria ditangkap di provinsi Sa Kaeo, di perbatasan dekat Kamboja.

BBC News melaporkan pada Rabu (2/9), Prayuth menggambarkan pria berusia 28 tahun tersebut sebagai tersangka utama. Sebelumnya pada Sabtu (29/8) lalu, Thailand telah menangkap seorang pria asing pertama yang diduga sebagai pelaku pemboman di Bangkok.

"Kami telah menangkap satu lagi, dia bukan warga Thai," kata Prayuth. Ia juga sempat menyinggung tersangka utama dan warga asing kepada wartawan.

Pada konferensi pers, Thailand juru bicara Kepolisian Nasional Thailand Letnan Jenderal Prawut Thavornsiri mengatakan pria itu dicegat ketika ia berusaha untuk melintasi perbatasan secara ilegal ke Kamboja. Otoritas militer Thailand telah menginterogasi tersangka, namun mereka belum merilis nama maupun kebangsaannya.

Namun media Thailand mengedarkan foto paspor seorang warga keturunan Cina yang diklaim telah ditahan di perbatasan. Pada paspor ia diidentifikasi sebagai Yusufu Mieraili (25 tahun) dan berasal dari Provinsi Xinjiang.

Hingga kini, belum jelas apakah salah satu pria merupakan tersangka yang tertangkap kamera CCTV di Bangkok saat kejadian. Sejauh ini pemerintah Thailand telah mengeluarkan tiga surat perintah penangkapan.

Motif pengeboman pun belum diketahui. Beberapa analis menuduh kemungkinan motif berkaitan dengan deportasi yang dilakukan Thailand pada lebih dari 100 Muslim Uighur ke Cina Juli lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement