Kamis 03 Sep 2015 09:50 WIB

PBB: 13 Juta Anak Timur Tengah Putus Sekolah

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Angga Indrawan
Sejumlah serangan yang menewaskan beberapa warga Israel dan Palestina meningkatkan ketegangan di Timur Tengah
Foto: VOA
Sejumlah serangan yang menewaskan beberapa warga Israel dan Palestina meningkatkan ketegangan di Timur Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- PBB merilis data anak sekolah yang terimbas perang di Timur Tengah, Rabu (2/9). Menurut badan PBB yang khusus menangani anak-anak, UNICEF, ada lebih dari 13 juta anak yang putus sekolah karena konflik dan perang.

Fakta yang disampaikan dalam laporan terbaru tersebut juga memuat dokumentasi serangan-serangan pada sekolah dan guru. Hampir 9.000 sekolah di Suriah, Irak, Yaman dan Libya hancur hingga tidak bisa digunakan untuk proses belajar mengajar.

Direktur regional UNICEF di Timur Tengah dan Afrika Utara, Peter Salama mengatakan imbas kerusakan tersebut dirasakan oleh anak-anak hampir di seluruh wilayah. "Perang tidak hanya merusak fisik sekolah tapi juga harapan dan masa depan anak-anak," kata Salama, dikutip BBC.

Sekitar 13,7 juta anak tersebut adalah sekitar 40 persen dari keseluruhan anak usia sekolah di Suriah, Irak, Yaman, Libya dan Sudan. PBB memperkirakan jumlahnya akan meningkat jadi 50 persen dalam beberapa bulan kedepan.

UNICEF mengatakan ada 214 serangan terhadap sekolah pada 2014 di negara tersebut, termasuk Palestina. Satu dari empat sekolah di Suriah terpaksa ditutup sejak Maret 2011, berimbas pada dua juta anak putus sekolah.

"Pembunuhan, penculikan dan penangkapan terhadap siswa, guru dan personel pendidik telah menjadi hal yang biasa di sana," kata UNICEF. Ribuan guru terbengkalai di wilayah dalam ketakukan. Anak-anak juga sering menjadi sasaran kerja paksa ilegal untuk membantu orang tuanya.

Salama mengatakan UNICEF membutuhkan tambahan dana sekitar 300 juta dolar AS pada tahun ini untuk meningkatkan akses pendidikan di wilayah. Anak-anak tersebut, kata dia, adalah representasi adanya generasi masa depan di Timur Tengah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement