Senin 07 Sep 2015 09:25 WIB

99 Persen Burung Laut akan Termakan Plastik pada 2050

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Seorang warga memilah sampah plastik yang menumpuk di bibir pantai Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (30/1). Kondisi penumpukan sampah yang tak terkendali tersebut menyebabkant air laut menjadi tercemar yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Foto: Antara
Seorang warga memilah sampah plastik yang menumpuk di bibir pantai Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (30/1). Kondisi penumpukan sampah yang tak terkendali tersebut menyebabkant air laut menjadi tercemar yang berdampak buruk bagi lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, Sampah plastik mulai marak di dunia, khususnya laut sejak setengah abad lalu. Penemuan peneliti yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan 99 persen dari semua spesies burung laut cenderung menelan plastik pada 2050 nanti.

"Ini adalah prediksi global pertama tentang bagaimana dampa plastik mengancam berbagai spesies, khususnya yang hidup di luat dan habitat sekitarnya," kata Chris Wilcox dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), dilansir dari IFL Science, Senin (7/9).

Setiap tahun lebih dari 4,8 juta metrik ton sampah plastik masuk ke lautan. Sampah itu berupa tas, tutup botol, balon, serat plastik, hingga pakaian sintetis. Konsentrasinya mencapai 580 ribu sampah per kilometer (km) per segi.

Pada 1960, plastik ditemukan dalam saluran pencernaan kurang dari lima persen burung laut. Jumlah itu melonjak hingga 80 persen pada 2010. Burung-burung laut kadang keliru mengenali plastik sebagai makanan sehingga langsung menelannya dan menyebabkan usus impaksi dan kematian.

Sepanjang sejarah, 29 persen dari spesies burung pernah makan plastik. Jika studi sama dilakukan hari ini, tim peneliti memperkirakan bahwa 90 persen dari burung laut pernah makan plastik. 

"Ini adalah jumlah besar dan benar-benar menyebabkan polusi," kata Wilcox.

Sampah plastik terbanyak ditemukan di Laut Selatan, tepi selatan Australia, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan. Pengelolaan sampah efektif bisa mengurangi ancaman ini. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement