Rabu 07 Oct 2015 07:15 WIB

AS Peringatkan Ada Batas 'Mengerikan' di Laut Cina Selatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Kapal keruk Cina terlihat di perairan sekitar Karang Mischief di Kepulauan Spartly, Laut Cina Selatan. Cina diduga sedang membangun landasan udara ketiga.
Foto: reuters
Kapal keruk Cina terlihat di perairan sekitar Karang Mischief di Kepulauan Spartly, Laut Cina Selatan. Cina diduga sedang membangun landasan udara ketiga.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Komandan Armada Pasifik Amerika Serikat Laksamana Scot Swift mengatakan, sejumlah negara tampaknya melihat Laut Cina Selatan sebagai sesuatu yang diperebutkan.

Sejumlah negara tersebut, menurut Swift, memaksakan pembatasan dan peringatan berlebihan yang ia gambarkan sebagai sesuatu yang mengerikan di wilayah tersebut.

Berbicara dalam pidatonya di konferensi maritim di Sydney, Australia, pada Selasa (6/10), Swift mengatakan, AS tetap berkomitmen seperti biasanya untuk melindungi kebebasan navigasi melewati wilayah tersebut.

Namun, menurut dia, beberapa negara tampaknya melihat area bebas itu sebagai sesuatu yang diperebutkan, sesuatu yang bisa diambil dan mendefinisikan ulang hukum domestik atau menafsirkan kembali hukum internasional terkait Laut Cina Selatan.

"Beberapa negara terus memaksakan peringatan berlebihan dan pembatasan kebebasan laut di zona ekonomi eksklusif mereka dan mengklaim hak perairan yang tidak sesuai dengan (Konvensi PBB tentang Hukum Laut). Tren ini sangat mengerikan di perairan yang diperebutkan," kata Swift.

Seperti diketahui, Cina telah mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan yang selama ini menjadi jalur perdagangan bernilai 5 triliun dolar per tahunnya. Sedangkan, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei juga memiliki klaim yang tumpang tindih di wilayah itu.

Selama ini, AS menyerukan Cina untuk menghentikan pembangunan pulau buatan mereka di daerah tersebut. Tapi, Cina mengatakan, memiliki kedaulatan tak terbantahkan di perairan tersebut. Cina justru menuduh AS memiliterisasi Laut Cina Selatan dengan melakukan patroli dan latihan militer bersama di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement