Senin 02 Nov 2015 21:17 WIB

Ledakan Kapal Presiden, Sri Lanka Pulangkan Remaja Maladewa

Presiden Maladewa, Abdulla Yameen
Foto: EPA/M.A.Pushpa Kumara
Presiden Maladewa, Abdulla Yameen

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBIA -- Sri Lanka memulangkan seorang remaja warga Maladewa, Senin (2/11), yang dicari dalam penyelidikan terkait ledakan di kapal yang membawa Presiden Maladewa Abdulla Yameen, kata pejabat pemerintah dan komisi tinggi.

Deportasi itu dilakukan setelah Badan Penyelidikan Federal AS (FBI) mengatakan tidak menemukan bukti yang meyakinkan ledakan pada 28 September itu disebabkan sebuah bom.

Yameen (56 tahun) tidak terluka dalam ledakan di kapal kepresidenan yang akan berlabuh di ibu kota Male sekembalinya dari menunaikan ibadah haji di Mkkah, Arab Saudi. Namun istri dan dua pembantunya cedera.

Petugas imigrasi Sri Lanka memulangkan seorang warga Maladewa berumur 18 tahun, namun menolak merinci lebih jauh.

"Atas permintaan Komisi Tinggi Maladewa, satu tim penyelidikan (imigrasi) menahan warga Maladewa dan memulangkannya dengan penerbangan hari ini setelah membatalkan visanya," kata Lakshan Zoysa, juru bicara kantor imigrasi.

Seorang pejabat komisi tersebut mengatakan remaja yang ditahan itu merupakan satu dari delapan orang yang dicari terkait ledakan itu. Polisi Maladewa pada Sabtu menahan tujuh orang.

"Ia adalah seorang yang aktif di media sosial dan pendukung berat wakil presiden yang ditahan," kata pejabat tersebut.

Wakil Presiden Maladewa Ahmed Adheeb ditahan pada Oktober terkait ledakan itu namun ia membantah telah melakukan kesalahan. Menteri Pertahanan Moosa Ali Jaleel dipecat pada pertengahan Oktober.

Pemerintah Maladewa sebelumnya mengatakan ledakan itu kemungkinan disebabkan kesalahan mekanis, namun kemudian mengatakan bahwa ledakan itu merupakan upaya pembunuhan.

Yameen memicu unjuk rasa jalanan di Maladewa dengan langkahnya membungkam penentang politik, termasuk penahanan presiden pertama yang terpilih secara demokratis, Mohamed Nasheed, yang tahun ini divonis 13 tahun penjara atas dakwaan terorisme dan menimbulkan kemarahan masyarakat internasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement