Ahad 29 Nov 2015 18:34 WIB

Analis: Sanksi dari Rusia Rugikan Kedua Negara

Rep: Melissa Riska Putri/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP
Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sebuah keputusan sanksi ekonomi terhadap Turki diterbitkan di situs Kremlin, Sabtu (28/11). Keputusan ini dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa jam setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan kesedihannya atas insiden tembak jatuh jet tempur Rusia pekan lalu.

Juru bicara Dmitry Peskov mengatakan, keadaan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya sehingga reaksi Putin dianggap wajar. Namun, seorang pejabat senior Turki menyebut ancaman ini hanya akan memperburuk konflik antara kedua negara.

Rusia merupakan pemasok gas alam terbesar bagi Turki sekaligus mitra dagang terbesar keduanya. Keputusan Putin ini mulai segera berlaku, termasuk larangan beberapa barang yang tidak dispesifikasi dan melarang ekstensi kontrak tenaga kerja Turki yang beekrja di Rusia pada 1 Januari mendatang.

Sanksi ini juga memerintahkan penerbangan carteran dari Rusia ke Turki untuk diakhiri. Perusahaan pariwisata Rusia juga menghentikan penjualan paket liburan ke Turki.

Analis Rusia Lincoln Michell mengatakan kepada Aljazirah, sanksi justru akan menyakiti kedua belah pihak. "Sanksi ini tidak akan membawa kebahagiaan besar bagi Rusia. Sanksi memberi pukulan cukup keras, sangat keras bagi orang-orang Turki, tetapi juga bisa memukul keras Rusia," ujarnya.

Ia menuturkan, sanksi adalah alat yang digunakan Barat terhadap sejumlah negara, termasuk Rusia. Saat ini Rusia mengambil alat tersebut dan menggunakannya.

Keputusan Putin juga mengakhiri kesepakatan bebas visa antara Rusia dan Turki. Juga memerintahkan pengetatan pengawasan operator udara Turki di Rusia untuk alasan keamanan.

"Keputusan tersebut untuk meindungi warga negara Rusia dari kejahatan," kata Kremlin.

Turki mengatakan, jet tempur Rusia memasuki wilayah udara pada Selasa lalu meski telah diperingatkan berulang kali. Sementara Rusia mengatakan, pilot tidak mendapat perngatan sama sekali.

Sebelumnya, pada Sabtu (28/11) Erdogan membela tindakan Turki dan mengkritik Rusia sebelum mengungkapkan penyesalannya atas penembakan tersebut. Pilot jet tempur ditembak mati oleh pemberontak setelah ia keluar dan terjun di atas Suriah.

"Semoga itu tidak terjadi, tapi itu terjadi. Saya berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi," kata Erdogan.

Ia menambahkan, kedua belah pihak harus menyelesaikan masalah ini dengan cara yang lebih positif. Kedua negara juga perlu melakukan peretemuan di sela-sela konferensi perubahan iklim PBB di Paris yang dimulai Senin (30/11).

Putin sejauh ini menolak untuk berbicara dengan Erdogan karena Turki belum meminta maaf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement