Senin 30 Nov 2015 00:01 WIB

Sanksi Ekonomi Mulai Rugikan Turki

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).
Foto: BBC News
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Diberlakukannya paket sanksi ekonomi dari Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Turki, membuat negara tersebut kelimpungan. Sanksi ini diberikan meski Presiden Turki Racip Teyep Erdogan telah meminta maaf karena menjatuhkan jet tempur Rusia pada 24 November lalu.

Seperti diberitakan laman BBC News, Ahad (29/11), Turki dan Rusia memiliki hubungan ekonomi yang penting. Rusia bahkan adalah mitra dagang terbesar kedua Turki, tak heran bila sanksi membuat Turki gelagapan.

Awal pekan ini saja, sebelum sanksi ekonomi digulirkan, sekitar 15 persen dari produk Turki tidak memenuhi standar keamanan Rusia. Beberapa diblokir untuk masuk dan truk-truk terdampar di perbatasan.

Turki telah mengekspor makanan dan hasil pertanian senilai lebih dari satu miliar dolar AS ke Rusia tahun ini. Sementara Rusia mengatakan, 20 persen dari impor sayuran berasal dari Turki.

Media Turki Anadolu Agency, melaporkan ekspor kulit, tekstil, dan pakaian ke Rusia bernilai lebih dari 1,52 miliar dolar AS tahun lalu.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov telah mendesak operator perjalanan Rusia untuk menahan diri menjual paket perjalanan ke Turki. Padahal, lebih dari tiga juta wisatawan Rusia mengunjungi Turki tahun lalu.

Kementerian Luar Negeri Turki juga memperingatkan warganya terhadap perjalanan ke Rusia hingga situasi menjadi jelas.

Kondisi hubungan Rusia dan Turki rupanya menguntungkan negara lain, seperti Israel. Seorang profesor dari Universitas Ariel, Israel Ze'ev Hanin mengatakan, pascajatuhnya jet tempur SU-24, turis dari Rusia mulai tiba di hotel di Eilat dan Tel Aviv.

"Bahkan larangan produk pertanian dari Turki dapat mempengaruhi kita secara positif," katanya dikutip dari Israel National News.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement