Senin 30 Nov 2015 06:38 WIB

Pernyataan Kontroversial Donald Trump yang Menyakiti Minoritas AS

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Foto: NME.com
Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Kandidat calon Presiden (capres) AS dari Partai Republik, Donald Trump sepertinya tidak habis membuat aksi kontroversi. Salah satu yang paling dikenal dari sosok Trump dalam laga kandidat capres AS adalah penyataaan rasialnya.

Dalam rally kampanyenya di Sarasota, Florida Sabtu (29/11), dikutip dari wawancara CBS, Trump mengatakan Muslim menjadi lebih liar setelah tragedi penyerangan gedung World Trade Center ( WTC) pada 11 September 2001 di New York.

"Semua orang mengakui Muslim dari berbagai belahan dunia menjadi liar setelah  serangan 9/11," katanya. Sebelumnya, pada awal November lalu, Trump mengatakan Arab dan  Muslim turut merayakan serangan 9/11 tersebut. Penyataan ini pun kembali memperburuk citranya di mata Muslim AS.  

Penyataan Trump sebagai kandidat capres Partai Republik beberapa kali memang menuai banyak protes di masyarakat AS yang beragam. Kontroversi pertama Trump ketika ia meragukan peran heroisme mantan capres AS yang juga maju melawan Barack Obama, John McCain.

Kemudian Trump juga berulah pada debat pertamanya di saluran televisi Fox News, menuduh moderator debat Megyn Kelly sedang menstruasi sehingga sengaja memberi pertanyaan sulit kepadanya. Trump juga dikenal sangat rasis, menuduh imigran AS asal Meksiko sebagai pemerkosa.

Trump juga membuat statemen rasis terhadap warga Afro Amerika, atas kasus unjuk rasa kekerasan terhadap kulit hitam. Ia juga beberapa kali mengejek wartawan New York Times sok tahu atas tuduhan ketidakmampuan dirinya sebagai kandidat capres AS. Dan tentu kepada Muslim AS, yang menuduh Muslim sebagai sumber teror dengan menutup masjid hingga pembuatan database bagi setiap Muslim di AS.

Setelah ramai mendapatkan kritik. Pada pendukungnya di Carolina Utara beberapa hari lalu, Trump mengatakan ia beberapa kali salah bicara. "Saya bisa mengatakan 'Oh, aku salah bicara', tapi kesalahanku tidak sebesar itu," katanya. Ia menuduh medialah yang membesar-besarkan kesalahannya.

Beberapa kali pernyataan rasial Trump ditanggapi para kritikus sebagai bentuk hasutan rasial hingga mendekati fasisme. Terutama pernyataannya terhadap warga imigran Meksiko, warga kulit hitam dan Muslim AS.

Baca juga: Capres AS ini Samakan Pengungsi Suriah Dengan Anjing Gila

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement