Sabtu 26 Dec 2015 16:41 WIB

Serangan Pemberontak Tewaskan 9 Warga Sipil Filipina

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ilham
Milisi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) mengangkat senjata saat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina pada 1996.
Foto: AP PHOTO
Milisi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) mengangkat senjata saat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina pada 1996.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kelompok pemberontak Filipina menewaskan sembilan warga sipil di Filipina Selatan dalam serangkaian serangan pada malam Natal.

Kelompok Bangsamoro Islamic Freedom Fighters itu menyerang sebuah kota pertanian di provinsi Sultan Kudarat, selatan Mindanao. Pasukan tentara menewaskan empat anggota mereka. Bangsamoro adalah kelompok penentang kesepakatan damai antara pemerintah dan kelompok Moro Islamic Liberation Front.

Kepala perunding pemerintah dalam pembicaraan damai dengan Moro Islamic Liberation Front Miriam Ferrer mengatakan, tujuh petani ditembak dari jarak dekat saat bekerja di sawah mereka. Dua warga sipil lainnya tewas dalam serangan granat di sebuah kapal di dekat provinsi Cotabato utara.

Ia mengatakan, pemberontak juga menyandera warga sipil dalam serangan di Sultan Kudarat dan menggunakannya sebagai tameng manusia ketika tentara mengejar mereka. Namun, para sandera dibebaskan.

Kelompok Bangsamoro memisahkan diri dari Moro Islamic Liberation Front pada 2011 untuk memperjuangkan pembentukan ISIS di selatan negara yang mayoritas Katolik itu. Abu Sayyaf yang merupakan tokoh kelompok menjadi terkenal lantaran pemboman, pemenggalan, dan penculikan orang asing yang terjadi di bagian barat Mindanao.

Gencatan senjata dengan pemberontak Moro Islamic Liberation Front telah disepakati. Baik pemerintah maupun gerilyawan mengumumkan gencatan senjata selama 12 hari sejak 23 Desember.

Pasukan keamanan menerapkan siaga tinggi di sekitar pusat perbelanjaan, gereja, terminal bus, dan terminal feri selama liburan untuk menjaga kemungkinan adanya serangan.

Para pejabat polisi mengatakan, kelompok di balik serangan malam Natal di Mindanao telah berjanji setia untuk militan ISIS di Timur Tengah. Tetapi mereka tidak memiliki bukti yang mengaitkan kelompok itu secara langsung ke militan ISIS.

Pada Maret 2014, Filipina menandatangani kesepakatan damai dengan pemberontak Muslim utama. Ini memberikan minoritas Moro otonomi dalam petukaran untuk membongkar 11 ribu kekuatan gerliya dan mengambil senjata mereka. Hal itu perlu dilakukan untuk mengakhiri konflik 45 tahun yang menewaskan 120 ribu orang dan menelantarkan dua juta lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement