Rabu 03 Feb 2016 13:44 WIB

AU AS dan Boeing Bangun Air Force One Baru

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan ibu negara, Michelle Obama, memang selalu terlihat akrab, seperti saat menuruni tangga pesawat kepresiden Air Force One di Pangkalan Angkatan Udara Andrews di Maryland, AS, Sabtu (5/5).
Foto: AP/Jose Luis Magana
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan ibu negara, Michelle Obama, memang selalu terlihat akrab, seperti saat menuruni tangga pesawat kepresiden Air Force One di Pangkalan Angkatan Udara Andrews di Maryland, AS, Sabtu (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pejabat angkatan udara dan insinyur Boeing telah memulai proses penggantian Air Force One, pesawat legendaris yang membawa presiden Amerika Serikat beserta rombongannya ke penjuru dunia.

Pentagon pada pekan lalu menyetujui yang pertama dari serangkaian kontrak dengan Boeing. Perusahaan pesawat raksasa itu dipilih untuk mengubah dua unit pesawat jumbo jet 747-8 mereka menjadi pusat komando yang sangat mutakhir dan mewah.

Kontrak yang pertama bernilai cukup kecil, yaitu sebesar 25,7 juta dolar Amerika (sekitar 354 miliar rupiah). AU mengatakan itu agar Boeing mencari penghematan biaya dan mendapatkan pandangan yang lebih baik dari tugas besar yang ditanganinya.

Air Force One merupakan sebuah simbol kekuatan Amerika Serikat. Pesawat berwarna biru muda dan putih yang megah itu memiliki tulisan "United States of America" yang tertera di badan pesawat dan bendera Amerika yang besar terpampang di sayap ekor pesawat itu.

Namun pesawat bertingkat 747-200 saat ini yang dipesan pertama kali oleh Ronald Reagan dan mulai digunakan pada 1990 itu mulai menua. Suku cadang semakin sulit untuk didapatkan dan pesawat besar itu membutuhkan waktu lebih lama saat diperbaiki.

AU pada Januari tahun lalu mengumumkan telah menunjuk Boeing untuk membangun pesawat yang baru, namun melengkapi pesawat bertingkat yang lebar itu untuk tugas demikian merupakan sebuah usaha yang rumit. Jumlah biaya untuk membeli dan mengubah kedua pesawat itu tidak diketahui, namun AU telah meminta tiga miliar dolar Amerika selama lima tahun untuk program tersebut. Pekerjaan itu seharusnya rampung pada 2024.

"Kami fokus untuk memastikan program ini sesuai dengan dana. Kontrak ini memulai kami untuk menentukan bagaimana memodifikasi sebuah pesawat 747-8 untuk menjadi Air Force One berikutnya, dan menemukan kesempatan untuk menghemat biaya melalui pemilihan kebutuhan yang rinci," ujar Kolonel Amy McCain, manajer program Rekapitalisasi Pesawat Kepresidenan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement