Ahad 07 Feb 2016 04:44 WIB

ISIS Melemah karena Wabah Penyakit Misterius

Rep: Lintar Satria / Red: Angga Indrawan
Gerakan ISIS
Foto: Youtube
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sedang panik karena warga yang hidup di bawah rezim mereka terserang wabah penyakit misterius. Kelompok Hak Asasi Manusia yang berbasis di wilayah kekuasaan ISIS memantau wabah ini telah menginfeksi puluhan warga sipil di pedesaan Raqqa. 

Pekan ini korban meninggal naik menjadi 20 orang. Menurut para pengawas tersebut telah terjadi kepanikan di antara warga. Setidaknya ada dua anak yang tewas karena wabah ini. Para pasukan ISIS menyebarkan selembaran yang menyuruh warga untuk mencuci tangan agar tidak tertular wabah ini. 

"ISIS menyebarkan selembaran pencegahan di seluruh Raqqa kemarin karena flu menyebar," ungkap salah satu analis, seperti yang dilansir express.co.uk, Ahad (7/2).

Flu yang menyebar di Raqqa mirip seperti flu babi yang sempat menjadi endemi di Inggirs pada tahun 2009-2010. Di Inggris kebanyakan hanya kasus ringan, namun beberapa nyawa juga melayang. Mereka yang lemah, tua dan memiliki penyakit komplikasi paling mudah terserang. 

Flu yang dikenal juga dengan H1N1 serang melemahkan rezim teror ISIS. Baru-baru ini ISIS putus asa meminta dokter asing. Kelompok ini juga sudah mengurangi upah perjuang mereka pada awal tahun ini. Warga yang hidup dibawah naungan mereka pun menderita kelaparan dan kesulitan mendapatakan akses kesehatan. 

Dokter untuk Hak Asasi Manusia atau Physicians for Human Right (PHR) memperkirakan lebih dari 95 persen dokter sudah melarikan diri atau terbunuh di sebagian kota-kota besar di Suriah. 

Pemerintah Suriah yang dipimpin Al-Assad Bashar telah menyatakan ada 11 kasus fatal flu babi dengan ratusan pasien yang sudah terinfeksi. Namun ISIS bersikeras mengatakan pemerintah Assad menutupi jumlah kematian sebenarnya. Mereka menyatakan ada 40 orang yang tewas karena wabah ini. 

"Tidak ada yang boleh memasuki rumah sakit besar di Damaskus kecuali memakai masker wajah," kata Ahmad Damiriyeh dari Kementerian Kesehatan Divisi Penyakit Kronis dan Menular.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement