Sabtu 13 Feb 2016 03:27 WIB

Guru di Amerika Serikat Tolak Ajarkan Perubahan Iklim

Rep: C27/ Red: Nur Aini
Antisipasi perubahan iklim
Foto: ILS
Antisipasi perubahan iklim

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Masalah perubahan iklim sudah menjadi perhatian bersama dari seluruh kalangan masyarakat, termasuk guru di sekolah. Hanya saja, menurut studi yang diterbitkan Science mengungkapkan pengajaran tentang perubahan iklim di sekolah menengah dan tinggi sangat kurang.

Dalam penelitian yang melakukan survei nasional pada guru sains di Amerika, melibatkan hingga 1.500 guru sekolah umum. Temuan ini menunjukan penolakan pengajaran tentang perubahan iklim terjadi suginfikan.

Di samping itu, banyak guru mencoba memberikan pemahaman tentang pemanasan global yang disebabkan oleh manusia atau sumber lainnya merasa kekurangan waktu.

"Setidaknya satu dari tiga guru membawa penolakan perubahan iklim ke dalam kelas, mengklaim bahwa banyak ilmuwan percaya bahwa perubahan iklim tidak disebabkan oleh manusia," kata Josh Rosenau, program dan direktur kebijakan di Pusat Nasional untuk Pendidikan Sains dikurip dari Sciencealert, Sabtu (13/1).

Rosenau menjelaskan, bahkan setengah dari guru yang disurvei tidak melakukan bimbingan untuk membahas perubahan iklim pada siswa dengan menyimpulkan secara ilmiah. Terlebih lagi, siswa hanya menerima pendidikan iklim hanya 1 atau 2 jam pelajaran selama satu tahun sekolah.

"Tidak sebanyak yang kita harapkan, dan tidak cukup untuk memberikan siswa landasan yang solid dalam ilmu pengetahuan," kata ilmuwan politik Eric Plutzer dari Penn State University.

Survei tersebut juga mengungkapkan tiga dari lima guru  tidak menyadari atau salah informasi tentang sejauh mana tentang perubahan iklim. Untungnya, ada juga bukti kuat dari komunitas pendidikan yang ingin meningkatkan pengetahuan mereka, bahkan di antara banyak dari mereka yang mungkin sekarang diidentifikasi skeptis iklim.

"Ada beberapa sumber daya yang besar pendidikan iklim di luar sana, (tapi) banyak guru tidak memiliki waktu untuk menemukan dan mengevaluasi bahan-bahan ini," kata salah satu peneliti, Minda Berbeco.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement