Ahad 13 Mar 2016 14:11 WIB

Ini Dia Ponsel Favorit ISIS

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Nokia 105
Foto: Youtube
Nokia 105

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah fakta menarik terkait ISIS muncul lagi. Kelompok ekstremis ini ternyata menyukai ponsel Nokia 105, tidak hanya untuk komunikasi, tapi juga mengatur bom.

Menurut laporan yang dirilis Conflict Armament, dikutip dari NBC News, Sabtu (12/3), ponsel yang kecil dan sederhana ini sering digunakan untuk pemicu perangkat ledak modifikasi ISIS yang dikenal sebagai improvised explosive devices (IED).

Ponsel ini juga merupakan ponsel "wajib" bagi militan. Harganya yang murah, tidak lebih dari 30 dolar AS dan tidak memiliki aplikasi atau kamera, menjadi salah satu alasan mengapa ponsel ini populer di kalangan militan.

Kelompok CAR melakukan penyelidikan untuk mendapatkan informasi ini. Mereka mendokumentasikan 10 ponsel yang diambil dari anggota kelompok ISIS yang ditangkap pada Desember 2014.

Penyelidikan ini menunjukkan, ISIS secara konsisten menggunakan Nokia 105 dibandingkan ponsel lain. Mereka menggunakannya secara spesifik untuk membuat IED dengan kendali jarak jauh.

Cara kerjanya yaitu satu ponsel menghubungi ponsel yang lain yang kemudian mengirim sinyal pada papan sirkuit untuk memicu ledakan. Yang mereka butuhkan adalah ponsel murah yang bisa bergetar.

Sebenarnya, ada banyak ponsel lain yang murah dan tahan banting dengan baterai yang lebih tahan lama. Namun, ponsel itu terus muncul dan muncul lagi. Tidak ada alasan khusus juga yang membuat Nokia 105 ini lebih baik dalam memicu IED.

Direktur operasi CAR, Jonah Leff, mengatakan pada NBC News, ISIS mungkin menggunakannya karena "sudah terbiasa" dan lebih mudah mengajarkannya pada generasi baru. Pasalnya, ponsel inilah yang digunakan sebagai pionir IED bagi mereka.

IED juga merupakan salah satu alat ISIS untuk melakukan serangan. Perangkat ledak mereka telah menyebabkan jumlah korban yang cukup tinggi. Menurut data PBB, ISIS telah menewaskan lebih dari 18 ribu orang sejak 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement