Ahad 01 May 2016 08:15 WIB

Cerita Berdarah di Balik Perayaan May Day

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
Aksi buruh di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (1/5). Bertepatan dengan hari buruh, ribuan buruh melakukan aksi turun kejalan. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Aksi buruh di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (1/5). Bertepatan dengan hari buruh, ribuan buruh melakukan aksi turun kejalan. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini menjadi perayaan Hari Buruh Internasional dan menjadi hari libur nasional di Indonesia. Naumun, tahukan kalian jika perayaan tanggal 1 Mei memiliki dua makna yang tampaknya bertentangan?

Di satu sisi, May Day dikenal maypoles, bunga dan menyambut musim semi. Di sisi lain, itu adalah hari solidaritas dan protes pekerja. Banyak negara merayakan Hari Buruh pada awal Mei. Amerika Serikat sendiri secara resmi menjalani Hari Buruh pada September.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Banyaknya pemelintiran sejarah yang terjadi, membuat Time mencoba menjelaskan arti May Day. Bagi orang dahulu, May Day berarti bunga, rumput, piknik, anak-anak, gaun bersih.

Sementara Sosialis dan Komunis mengartikannya berpidato, berpawai, bom, kecaman, kekerasan. Konotasi ini merunut pada May Day 1886 ketika 200 ribu pekerja AS melakukan pemogokan nasional menuntut delapan jam kerja per hari.

1 Mei 1886, aksi mereka itu bukan hanya pemogokan semata yang menjadi bagian dalam peristiwa Haymarket. Saat itu, di Chicago (bersama dengan kota-kota lain) menjadi tempat demonstrasi utama dalam mendukung delapan jam kerja per hari.

Protes di Chicago tidak berlangsung hanya dalam satu hari. Pada 3 Mei, protes di pabrik McCormick Reaper di kota berubah menjadi kekerasan. Hari berikutnya, pertemuan damai di Haymarket Square bahkan lebih parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement