Rabu 04 May 2016 08:57 WIB

PBB: Perlu Rp 1 Triliun untuk Sekolah Pengungsi Anak Palestina

Rep: Gita Amanda/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang anak Palestina berdiri di depan rumahnya yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina.
Foto: EPA/Mohammaed Saber
Seorang anak Palestina berdiri di depan rumahnya yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Pierre Krahenbuhl berharap Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait akan menggelontorkan dana 80 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1 triliun. Dana tersebut dibutuhkan untuk memastikan 500 ribu anak laki-laki dan perempuan pengungsi Palestina dapat memulai tahun ajaran baru pada Agustus.

Tahun lalu, anggaran lembaga tersebut kekurangan 101 juta dolar dan menyebabkan hampir penundaan untuk memulai sekolah. Krahenbuhl mengatakan tiga negara Teluk datang untuk menyelamatkan tahun lalu. Ia pun berharap ketiga negara itu kembali bermurah hati tahun ini.

"Jika kita bisa memiliki itu, maka kita akan mampu menghindari krisis lain musim panas ini," katanya, Selasa (3/5).

UNRWA mengoperasikan 700 sekolah untuk pengungsi Palestina dengan 22.000 staf pendidikan di Tepi Barat, Gaza, Yordania, Lebanon dan Suriah. Krisis pendanaan tahun lalu hampir menyebabkan keterlambatan dalam awal tahun ajaran.

Krahenbuhl menekankan pentingnya pendidikan bagi pengungsi Palestina, sebab banyak yang telah menghabiskan hidup mereka di kamp-kamp. Pendidikan menurutnya menjadi kunci untuk memberikan mereka harapan di masa depan.

Dibandingkan dengan sistem sekolah di Amerika Serikat, Krahenbuhl mengatakan sistem sekolah pengungsi Palestina akan menjadi yang terbesar ketiga setelah New York dan Los Angeles.

Krahenbuhl mengatakan, keadaan keuangan UNRWA telah diujung tanduk selama bertahun-tahun. Belajar dari krisis tahun lalu, mereka pun bekerja keras awal tahun ini untuk mencegah agar tak terulang.

"Kami menyerukan kepada para pendonor harus sangat terlibat, untuk membantu kami menjembatani kekurangan tahun ini yang saat ini masih di 80 juta dolar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement