Jumat 20 May 2016 02:48 WIB

Mesir Sebut Insiden Egypt Air Dimungkinkan Akibat Serangan Teror

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang keluarga korban penumpang pesawat Egypt Air penerbangan 804 yang hilang menyeka air matanya di Bandara Charles de Gaulle Airport, Paris, Kamis, 19 Mei 2016.
Foto: AP Photo/Michel Euler
Seorang keluarga korban penumpang pesawat Egypt Air penerbangan 804 yang hilang menyeka air matanya di Bandara Charles de Gaulle Airport, Paris, Kamis, 19 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Penerbangan Mesir Sherif Fathy menyatakan Kecelakaan pesawat Egypt Air dalam rute menuju Kairo, Mesir dari Paris, Prancis berpeluang disebabkan oleh serangan teroris daripada kesalahan teknis.

Berdasarkan situs Voa News, Sherif Fathy masih mendiskusikan kecelakaan yang kini sedang diselediki penyebabnya. Hingga saat ini, proses pencarian korban dan puing pesawat terus dilanjutkan di laut Mediterania. Tercatat, pesawat berpenumpang 66 orang itu menghilang dari radar pada Kamis, (19/5). Kecelakaan terjadi sesaat pesawat itu baru saja memasuki wilayah udara Mesir.

"Jika ini terbukti adanya sabotase, maka kita harus menyadari bahwa pesawat ini berasal dari Prancis bukan dari Mesir," kata dia.

Pernyataan Sherif Fathy tentang kemungkinan serangan teror itu muncul bersamaan dengan ditemukannya puing-puing pesawat di Pulau Kreta oleh tim militer yang menggunakan pesawat angkut Hercules C-130 milik Angkatan Bersenjata Mesir.

Benarkah Egypt Air Jatuh karena Teroris?

Pada tanggal 29 Maret lalu sempat terjadi kasus pembajakan pesawat. Pesawat Airbus A320 milik maskapai Egypt Air dibajak dan diarahkan untuk mendarat di Bandara Larnaca, Siprus. Sejumlah kantor berita melaporkan bahwa pesawat itu semula bertolak dari kota Alexandria ke Kairo di Mesir. Pesawat dengan nomor penerbangan MS181 itu membawa 81 penumpang.

Saat pesawat tengah mengudara, salah seorang penumpang membajak dan meminta pilot mengarahkan pesawat ke Bandara Larnaca, Siprus. "Pilot mengatakan seorang penumpang mengaku memakai rompi berisi bahan peledak dan memaksa pesawat mendarat di Larnaca," ujarnya kala itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement