Rabu 25 May 2016 09:06 WIB

Hari Pertama Pengosongan Kamp Idomeni, 2.000 Pengungsi Dipindah

Pengungsi dan migran meninggalkan kamp Idomeni di perbatasan Yunani-Makedonia dengan menggunakan bus, Selasa 24 Mei 2016.
Foto: AP Photo/Boris Grdanoski
Pengungsi dan migran meninggalkan kamp Idomeni di perbatasan Yunani-Makedonia dengan menggunakan bus, Selasa 24 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, IDOMENI -- Tahap pertama operasi besar polisi yang dilancarkan pada Selasa pagi (24/5) untuk membersihkan kamp-terbesar sementara pengungsi di Idomeni, penyeberangan di perbatasan Yunani-bekas Republik Yugoslavia, Makedonia, berakhir tanpa gangguan.

Sebanyak 2.031 pengungsi dan migran dipindahkan dengan lancar dengan menggunakan 42 bus dari kamp kumuh ke instalasi lain yang dikelola secara baik di Yunani Utara, kata satu pernyataan yang dikirim melalui surel oleh Kementerian Urusan Masyarakat Yunani.

Wakil dari organisasi non-pemerintah yang beroperasi di dalam kamp tersebut mengatakan tak ada peristiwa kekerasan yang telah dilaporkan.

"Takkan ada operasi militer dan penggunaan kekerasan dalam pemindahan pengungsi ke pusat penampungan yang dikelola dengan baik," kata Juru Bicara Komite Koordinasi Pengungsi Yorgos Kyritsis sebelumnya di Athena.

Operasi yang direncanakan dilanjutkan pada Rabu dan beberapa hari sesudahnya, menurut pejabat Yunani, dilancarkan di bawah pengamanan ketat. Sebanyak 1.400 polisi antihuru-hara dikerahkan sesuai perkiraan di sekeliling kamp pengungsi tak resmi itu. Hanya kantor berita Yunani AMNA dan lembaga penyiaran negara ERT yangdiperkenankan masuk meliput operasi tersebut.

Dari jarak sekitar enam kilometer dari kamp itu, staf Xinhua menyaksikan bus yang membawa pengungsi. Pegiat dari seluruh Eropa menggelar protes terhadap operasi itu dengan mengibarkan spanduk yang berisi slogan seperti "Di mana hak asasi kita? Di mana kau Eropa?"

Kyritsis serta pejabat lain Yunani telah menjamin pengungsi secara bertahap merasa yakin untuk meninggalkan Idomeni ke pusat penampungan yang baru didirikan dengan kondisi yang lebih manusiawi. Sampai Selasa, sebanyak 8.400 orang tinggal di tenda berlumpur di kamp tersebut dengan bantuan medis dan pangan yang tidak cukup dari organisasi non-pemerintah.

Mereka termasuk di antara 54 ribu orang yang telah terjebak di Yuanni sejak pertengahan Februari, setelah penutupan perbatasan di sepanjang jalur Balkan menuju Eropa Tengah. Sejauh ini, kebanyakan pengungsi berkeras untuk tinggal di dekat tempat penyeberangan perbatasan dengan harapan perbatasan akan dibuka kembali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement