Jumat 27 May 2016 15:25 WIB

Cameron: Bahaya Menanti Jika Antibiotik Terus Dibiarkan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Inggris David Cameron.

REPUBLIKA.CO.ID,  ISE SHIMA -- Perdana Menteri Inggris David Cameron menggunakan konferensi G7 untuk mengingatkan masalah kesehatan. Cameron mendesak para pemimpin dunia lebih berusaha mengurangi penggunaan antibiotik.

Ia mengatakan terlalu banyak kasus yang menyebut antibiotik tidak lagi berpengaruh. "Jika kita tidak melakukan apa pun, akan ada akumulasi yang membahayakan ekonomi dunia hingga 100 triliun dolar AS," kata Cameron.

Menurutnya, kerugian ini bisa jadi akhir dari obat-obatan modern. Sehingga perlu upaya lebih agar permasalahan ini tidak berkepanjangan.

Ia meminta agar komunitas internasional memberi penghargaan bagi perusahaan-perusahaan yang mengembangkan obat baru. Yakni obat untuk memerangi infeksi dan gangguan yang resisten terhadap obat-obatan.

"Dalam banyak sekali kasus antibiotik tidak lagi bekerja, artinya, orang-orang yang menderita infeksi atau kondisi seperti tuberkolosis, tetanus, sepsis seperti mendengar putusan kematian," kata Cameron dalam konferensi pers di pertemuan G7 di Ishe Shima, Jepang.

Secara terpisah, pejabat kesehatan AS juga telah melaporkan kasus pertama seorang pasien yang kebal terhadap segala jenis antibiotik. Ini menjadi kekhawatiran besar bahwa infeksi akan menjadi ancaman membahayakan jika menyebar.

Baca juga, Fakta-Fakta Mengenai Antibiotik yang Mencengangkan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement