Ahad 29 May 2016 19:58 WIB

Perdana Menteri Baru Turki Menangi Mosi Percaya Parlemen

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Achmad Syalaby
Perdana Menteri baru Turki Binali Yildirim bersama istrinya Semiha Yildirim
Foto: Reuters/Umit Bektas
Perdana Menteri baru Turki Binali Yildirim bersama istrinya Semiha Yildirim

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana menteri baru Turki, Binali Yildirim, memenangi mosi percaya dari perlemen, Ahad (28/5). Ia juga mendapat persetujuan untuk program legislatifnya.

Ketua Parlemen Ismail Kahraman mengatakan, pemerintahan Yildirim mendapat 315 suara yang mendukung programnya, melawan 138 suara lainnya. Setelah menerima mosi percaya, Yildirim mengatakan, pemerintah baru di bawah kepemimpinannya adalah pemerintahan bagi semua orang.

"Pemerintah baru akan melayani seluruh bangsa dan demokrasi kita, kita akan mengembangkan  hak asasi manusia dan kebebasan di Turki. Kami akan selalu bekerja untuk kesatuan bangsa, kebersamaan, dan persaudaraan," katanya seperti diberitakan Anadolu Agency.

Berdasarkan pemberitaan dari Sputnik News, Yildirim menyampaikan program pemerintah yang baru dibentuk kepada anggota parlemen setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menyetujui kabinetnya pada Selasa (24/5). Di antara prioritas tersebut adalah transisi menuju sistem presidensial, yakni untuk mengadakan referendum pada amendemen konstitusi parlemen 1923 dan mengonsolidasikan kekuasaan.

Turki saat ini masih menganut sistem parlementer. Namun, menurut Erdogan, Turki perlu menyusun ulang satu konstitusi sipil yang mencakup sistem presidensial. Sebab, itu akan mendorong Turki ke posisi yang lebih kuat.

Binali Yildrim dinyatakan sebagai perdana menteri pada 22 Mei setelah terpilih sebagai pemimpin baru partai AKP pada kongres partai. Penunjukan Yildirim menandai langkah dari rencana Erdogan untuk menciptakan sistem presidensial penuh di Turki. Sistem ini akan membuat presiden memegang kekuasaan lebih.

Seperti diketahui, Yildirim (60 tahun) merupakan sekutu dekat Erdogan dan pendiri partai berkuasa AKP. Ia menggantikan Ahmet Davutoglu yang mengundurkan diri pada 5 Mei setelah pekan ketegangan dengan Erdogan atas berbagai isu, di antaranya termasuk kurang antusiasnya Davutoglu terhadap perubahan konstitusi yang direncanakan Erdogan.

 

 

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement