Sabtu 25 Jun 2016 17:29 WIB

Turki Pertimbangkan Keanggotaan Uni Eropa Setelah Brexit

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim, Rabu, 1 Juni 2016.
Foto: AP Photo/Petros Karadjias
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim, Rabu, 1 Juni 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Para pejabat senior Turki pada Jumat (24/6) mengatakan Turki mendukung Uni Eropa yang kuat dan bersatu, dengan keinginan untuk bergabung sebagai anggota yang terhormat dan setara, demikian laporan NTV.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan ia berharap keputusan rakyat Inggris akan membawa hasil yang baik, setelah Inggris memberi suara untuk keluar dari Uni Eropa dalam satu referendum. Ia juga memperingatkan keluarnya Inggris adalah ungkapan ketidakpuasan.

Dia menegaskan Uni Eropa mesti menilai visi masa depannya secara layak. Wakil Perdana Menteri Turki Mehmek Simsek menggambarkan di akun Twitternya pilihan rakyat Inggris meninggalkan Uni Eropa sebagai kotak Pandora yang terbuka.

Wakil lain Perdana Menteri Turki Nurettin Canikli mengatakan keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa menandai awal perpecahan perhimpunan tersebut, dan "Inggris adalah yang pertama meninggalkan kapal".

Baca: Dubes Inggris: Hasil Referendum Harus Dihormati

Referendum diselenggarakan pada Kamis (23/6) dan hasilnya ialah Inggris keluar dari blok itu setelah 43 tahun menjadi anggotanya. Sebagai akibatnya, ketidaktentuan meningkat bagi upaya Turki menjadi anggota Uni Eropa.

"Jika Turki mencapai tahap bergabung dengan Uni Eropa sebagai anggota penuh, kami akan bertanya lebih dulu kepada rakyat Turki," kata Yildirim.

Ia menjawab pertanyaan apakah Turki akan menyelenggarakan referendum mengenai masuknya negara tersebut dalam ke Uni Eropa. Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu kembali menyatakan tujuan Turki ialah bergabung dengan Uni Eropa sebagai anggota yang terhormat dan setara. Ia menegaskan Uni Eropa mesti menerima keanggotaan penuh Turki pada tahap itu.

Menteri Urusan Uni Eropa dan Kepala Perunding Turki Omer Celik mengatakan Turki adalah satu negara Eropa dan pemain penting, meskipun bukan anggota persatuan tersebut. "Negara Eropa masih tak bisa menyelesaikan masalah yang ada," ia menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement