Rabu 29 Jun 2016 09:04 WIB

Inggris Didesak Atasi Gelombang Xenofobia Setelah Brexit

Rep: Gita Amanda/ Red: Nur Aini
Pengemudi taksi mengibarkan bendera Inggris usai keluar keputusan jajak pendapat yang menyebut Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.
Foto: Reuters
Pengemudi taksi mengibarkan bendera Inggris usai keluar keputusan jajak pendapat yang menyebut Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan aksi rasisme dan xenofobia yang meningkat pascareferendum Britain Exit atau Brexit tak bisa diterima. Ia mendesak pemerintah Inggris untuk bertindak menghentikan serangan-serangan xenofobia dan memastikan orang yang dicurigai melakukan serangan rasis dihukum.

"Kita semua harus menolak mentolerir tindakan diskriminatif dalam kehidupan kita sehari-hari," kata Zeid Ra'ad al-Hussein seperti dilansir Aljazirah Rabu (28/6).

Pascareferendum, kekerasan, intimidasi dan seruan untuk "pulang" diarahkan ke kelompok minoritas.  Muslim Council of Britain melaporkan ada lebih dari 100 insiden rasis sejak Kamis (23/6).

Dalam insiden terbaru yang dilaporkan pada Selasa (28/6), tiga pemuda Inggris di Manchester tertangkap kamera berteriak pada penumpang Amerika dengan kata-kata kasar. Mereka meminta penumpang itu turun dari trem dan menyuruhnya kembali ke Afrika.

Wali Kota London Sadiq Khan, mengatakan ia telah menempatkan kepolisian kota siaga tinggi untuk serangan bermotif rasial.

Penyidik independen PBB untuk rasisme, diskriminasi ras dan xenofobia Mutuma Ruteere mengatakan, beberapa kekerasan dan komentar yang dilaporkan sejak pemungutan suara berkaitan dengan xenofobia dan rasis. Ia mengatakan insiden ini menjadi ujian bagi lembaga pengawas Inggris untuk memantau rasisme.

"Saya cukup percaya diri dan berharap bahwa sebenarnya lembaga yang ada dapat mengatasi masalah ini dan mencabut tunas permasalahan sebelum menjadi masalah yang lebih besar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement