Rabu 29 Jun 2016 19:28 WIB

Korban Ledakan Bandara Istanbul Bertambah

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nur Aini
Polisi mengamankan Bandara Internasional Attaturk, Istanbul, Turki, Rabu (29/6), usai diguncang ledakan bom.  (AP)
Polisi mengamankan Bandara Internasional Attaturk, Istanbul, Turki, Rabu (29/6), usai diguncang ledakan bom. (AP)

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Jumlah korban tewas dalam ledakan bom di bandara Turki bertambah jadi 41 orang. Sementara, korban luka mencapai 239 orang.

Penyidik Turki menelisik dengan teliti video rekaman saat ledakan mengguncang bandara Ataturk pada Rabu (28/6). Pernyataan para saksi mata dikumpulkan dari lokasi kejadian. Serangan di bandara tersibuk ketiga di Eropa ini diduga dilakukan oleh ISIS. Meski belum ada klaim dari kelompok tertentu.

Korban tewas termasuk lima warga Arab Saudi, dua Irak. Sisanya adalah warga Cina, Yordania, Tunisia, Uzbekistan, Iran dan Ukraina. Pelaku berjumlah tiga orang. Sebelumnya mereka terlibat baku tembak dengan aparat.

Rekaman video menunjuklan seorang pelaku di dalam gedung terminal ditembak polisi. Ia terlihat jatuh ke lantai dan 20 detik kemudian meledakkan diri. "Ini adalah puzzle, otoritas memeriksa CCTV dan pernyataan saksi," kata pejabat Turki.

Kantor berita Dogan mengatakan otoritas telah mengotopsi ketiga pelaku. Kemungkinan besar mereka adalah orang asing. Dogan tidak menyebut sumber yang mengeluarkan pernyataan.

Situs ledakan hancur dan berantakan. Pecahan kaca berserakan, puing berserakan, kabel listrik jatuh dan berantakan di atap. Lokasi kejadian mulai dibersihkan sementara polisi berpatroli. Sejumlah penerbangan juga kembali diaktifkan.

Bandara Ataturk Istanbul merupakan jembatan antara Eropa dan Asia. Bandara ini terbesar di Turki dan melayani sebagian besar penerbangan transit seluruh dunia. Menurut kantor gubernur Istanbul, 109 dari 239 orang yang dilarikan ke rumah sakit telah keluar dalam kondisi stabil.

Maskapai nasional membatalkan 340 penerbangan. Sementara penerbangan kedatangan telah diaktifkan kembali setelah pukul delapan pagi waktu setempat.

Seorang saksi, Paul Roos (77 tahun) mengatakan salah satu pelaku menembak secara sembarang di hall kedatangan. "Ia menggunakan pakaian serba hitam, meski wajahnya tidak ditutupi. Ia menembak di belakang counter. Dua ledakan terjadi berdekatan satu sama lain, sejak saat it ia berhenti menembak," kata warga Afrika Selatan itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement