Rabu 13 Jul 2016 08:19 WIB

UNHCR Desak Perbatasan Sudan Selatan Dibuka Bagi Pengungsi

Sedikitnya 3.000 warga mengungsi di komplek PBB di Tomping, Juba, Sudan Selatan, Senin, 11 Juli 2016. Mereka menyelamatkan diri karena memanasnya pertempuran selama sepekan belakangan.
Foto: Beatrice Mategwa/UNMISS via AP
Sedikitnya 3.000 warga mengungsi di komplek PBB di Tomping, Juba, Sudan Selatan, Senin, 11 Juli 2016. Mereka menyelamatkan diri karena memanasnya pertempuran selama sepekan belakangan.

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Selasa (12/7), menyeru semua pihak bersenjata di Sudan Selatan agar menjamin jalan aman buat orang yang menyelamatkan diri dari pertempuran selama satu pekan belakangan di Juba.

Badan pengungsi PBB tersebut di dalam satu pernyataan menyeru tentara yang bersaing dan setia kepada Presiden Salva Kiir serta Wakil I Presiden Riek Machar agar tetap membuka perbatasan buat orang yang menyelamatkan diri dan mencari perlindungan di negara tetangga.

"UNHCR menyeru semua pihak bersenjata agar menjamin jalan aman buat orang yang menyelamatkan diri dari pertempuran yang meletus pada akhir pekan lalu di Juba (Ibu Kota Sudan Selatan) dan kami mendesak semua negara tetangga agar terus membuka perbatasan buat orang yang mencari suaka," kata pernyataan itu.

UNHCR menyatakan sebagian perbatasan telah terpengaruh seperti pos penyeberangan Sudan Selatan-Uganda, tempat keamanan diperketat di wilayah Sudan Selatan. "Ini telah mengakibatkan penurunan besar jumlah orang yang baru tiba di Uganda selama akhir pekan," kata pernyataan tersebut.

Cuma 95 orang menyeberangi perbatasan pada Sabtu (9/7), dan turun jadi 36 orang pada Ahad, dibandingkan dengan rata-rata setiap hari lebih dari 200 orang menyeberang pada Juli. UNHCR menyatakan badan PBB tersebut memperkirakan lebih banyak orang akan tiba segera setelah perbatasan dibuka kembali.

"Mereka yang berhasil menyeberang telah melaporkan serangan membabi-buta terhadap warga sipil. Bus dari Juba ke perbatasan Uganda dihentikan dan dirampok," kata pernyataan itu.

Di Gambella, Ethiopia Barat, UNHCR telah meningkatkan pengawasan perbatassan bersama komisi pengungsi Ethiopia. Persiapan darurat sedang dilakukan di Kenya, Sudan dan negara lain tetangga guna menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan arus pengungsi.

"Kantor kami di Jubat melaporkan suasana tenang tapi tegang pada malam hari tanpa ada laporan mengenai tambahan orang yang kehilangan tempat tinggal," kata pernyataan tersebut.

Pertempuran itu membuat sebanyak 36.000 orang kehilangan tempat tinggal, kata Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan. Di dalam Sudan Selatan, sebanyak 7.000 orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka telah mencari perlindungan di pangkalan PBB di Juba.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement