Jumat 15 Jul 2016 10:58 WIB

Tentara Uganda Diserang Saat Ungsikan Warga Sudan Selatan

Dalam foto yang diambil Kamis, 14 Juli 2016 ini tampak warga Sudan Selatan mengungsi di kamp PBB di Juba.
Foto: Beatrice Mategwa/UNMISS via AP
Dalam foto yang diambil Kamis, 14 Juli 2016 ini tampak warga Sudan Selatan mengungsi di kamp PBB di Juba.

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Militer Uganda pada Kamis (14/7) mengumumkan pria bersenjata menyerang tentaranya yang sedang melakukan misi pengungsi warga di negeri tersebut yang terperangkap dalam letusan baru pertempuran antara dua faksi militer yang bertikai di Sudan Selatan.

Juru Bicara Pasukan Rakyat Uganda (UPDF) Letkol Paddy Ankunda di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Kampala mengatakan tiga prajurit cedera setelah satu kelompok pria bersenjata menyerang satu rombongan truk di Pagiri, Kabupaten Magwi, di Negara Bagian Equatorial Timur, Sudan Selatan. Rombongan truk tersebut sedang melakukan misi pengungsian.

"Upaya serangan terhadap rombongan pengungsian UPDF digagalkan. Tiga prajurit menderita luka ringan. Rombongan itu melanjutkan kegiatan," kata Ankunda.

Rombongan sebanyak 50 truk, yang dikawal oleh kendaraan lapis baja bersenapan mesin pada Kamis, menyeberangai perbatasan di Nimule, sekitar 200 kilometer dari Juba guna membantu mengungsikan 3.000 warga yang terjebak dalam pertempuran baru-baru ini antara pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir dan pasukan yang setia kepada Wakil Presiden Riek Machar.

Presiden Uganda Yoweri Museveni pada Selasa (12/7) memerintahkan UPDF segera mengungsikan semua warga Afrika Timur itu yang terjebak dalam pertempuran pada akhir pekan antara kedua kelompok militer yang bertikai. Menteri Negara Urusan Luar Negeri Uganda Henry Okello Oryem, mengatakan kepada Xinhua pada Rabu 10 warganya tewas dan lebih 10 lagi cedera dalam pertempuan tersebut.

Kementerian Kesehatan Sudan Selatan menyatakan sedikitnya 271 orang tewas dalam bentrokan Jumat lalu (8/7). Jumlah pasti mereka yang tewas dalam pertempuran sejak Ahad (10/7) sampai saat ini belum diketahui.

Presiden Salva Kiir dan mantan pemimpin pemberontak Riek Machar telah terlibat pertikaian, yang meletus pada Desember 2013 serta membuat puluhan ribu orang tewas. Kesepakatan perdamaian yang ditandatangani oleh kedua pemimpin tersebut pada Agustus lalu di bawah tekanan PBB menghasilkan pembentukan pemerintah nasional pada April. Dan Machar kembali ke pos lamanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement