Senin 25 Jul 2016 14:21 WIB

Indonesia Dorong Persatuan ASEAN

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan paparan saat konferensi pers terkait penyanderaan WNI di wilayah Filipina, Jakarta, Jumat (24/6). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan paparan saat konferensi pers terkait penyanderaan WNI di wilayah Filipina, Jakarta, Jumat (24/6). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Indonesia terus mendorong kesatuan dan sentralitas ASEAN dalam menghadapi segala permasalahan. Menteri Luar Negeri  Indonesia Retno Marsudi menilai keduanya sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan regional.

Selain itu ASEAN juga masih harus menggali potensi kerja sama untuk mewujudkan program ASEAN Community dan mencapai visi ASEAN 2025.

"Khususnya dengan adanya dinamika kawasan saat ini," kata Retno dalam sesi plenary ASEAN Ministerial Meeting ke 49 di Vientiane, Laos.

Retno menjelaskan hanya dengan ASEAN yang bersatu, organisasi tersebut dapat terus berkontribusi terhadap stabiltas perdamaian dan keamanan kawasan.

Menurut Retno, mata dunia sedang tertuju pada ASEAN sehingga hal ini merupakan momen penting bagi ASEAN untuk bicara, bertindak dan bergerak secara kohersif. Dalam pertemuan ini, Retno menyampaikan perlunya negara anggota ASEAN bersama mengatasi ancaman keamanan nontradisional di perairan kawasan.

Tak hanya sengketa, tapi juga masalah IUU Perikanan, pembajakan, perdagangan dan penyelundupan manusia dan perampokan bersenjata. Secara khusus, Indonesia menggarisbawahi ancaman multisektor IUU Perikanan yang tidak hanya berdampak negatif terhadap kesejahteraan ekonomi regiona,l namun juga merusak lingkungan dan mengganggu stabiltas dan keamanan kawasan.

"ASEAN perlu kerjas ama konkrit untuk mengatasi hal tersebut," kata Retno.

Salah satu yang dipandang menjadi pijakan awal adalah implementasi penuh kesepakatan untuk penguatan kerja sama maritim regional oleh negara negara East Asia Summit (EAS) yang telah disetujui pada pertemuan EAS tahun 2015.

Retno juga menggarisbawahi pentingnya ASEAN segera memiliki kerangka regional dalam hal perlindungan dan promosi hak tenaga kerja migran. Hal ini bisa dilakukan melalui penyelesaian pembahasan ASEAN Instrument on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers dalam setahun ke depan.

"Benefit Komunitas ASEAN harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk sekitar 6,5 juta tenaga migran di ASEAN,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement