Kamis 28 Jul 2016 11:19 WIB

Perpustakaan 'Rahasia' Suriah Berdiri di Tengah Sengitnya Perang

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
Konvoi bantuan Bulan Sabit Merah di Daraya, Suriah.
Foto: telegraph
Konvoi bantuan Bulan Sabit Merah di Daraya, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Saat Anda tinggal di wilayah yang terkepung selama bertahun-tahun dan kelaparan di mana-mana, membaca buku mungkin pilihan yang tak terpikirkan. Tapi para pencinta buku dan membaca di sebuah kota di Suriah, telah mendirikan sebuah perpustakaan baru di sebuah tempat 'rahasia'.

Perpustakaan menurut laman BBC News, berisi banyak buku yang berhasil diselamatkan dari pengeboman. Namun perlu perjuangan untuk mencapai perpustakaan tersebut. Para pembaca atau pengunjung perpustakaan harus menghindari peluru, menuruni tangga curam, menuju sebuah ruang remang-remang yang terkubur di bawah bangunan rusak akibat bom.

Tapi tempat yang terletak di ruang bawah tanah itu menjadi rumah bagi sebuah perpustakaan rahasia. Tempat itu menyediakan tak hanya pembelajaran tapi juga harapan dan inspirasi bagi banyak warga di kota Darayya, pinggiran Damaskus.

Anas Ahmad mantan mahasiswa teknik sipil yang merupakan salah satu pendiri perpustakaan mengatakan, penting bagi mereka membuat sebuah perpustakan. Anas mengatakan itu dapat membantu warga melanjutkan pendidikan.

"Kami meletakkannya di ruang bawah tanah untuk membantu menghentikannya dihancurkan oleh peluru dan bom seperti banyak bangunan lain di sini," ujar Anas.

Pengepungan di Darayya oleh pasukan pemerintah dan kelompok pro-pemerintah telah dilakukan sejak empat tahun lalu. Mulai saat itu, Anas dan relawan lainnya, banyak dari mereka juga mantan mahasiswa, telah mengumpulkan lebih dari 14 ribu buku di hampir setiap subyek yang bisa dibayangkan.

Baca juga, 10 Faksi Utama Suriah yang Ingin Menjatuhkan Assad.

Di periode itu, lebih dari 2.000 orang banyak dari warga sipil tewas. Tapi hal itu tak menghentikan Anas dan teman-temannya menjelajahi jalan-jalan hancur untuk menemukan buku demi mengisi rak-rak perpustakaan mereka.

"Dalam banyak kasus kita mendapatkan buku dari rumah-rumah yang terkena bom. Sebagian besar lokasi-lokasi ini dekat dengan garis depan, sehingga mengumpulkan ini (buku) sangat berbahaya," katanya. Mereka menurut Anas harus bersembunyi dari penembak jitu.

Sepintas ini mungkin dilihat sebagai ide buruk yang mempertaruhkan nyawa kata Anas. Tapi ia mengatakan, itu dapat membant masyarakat dalam segala macam cara.

Anas mengatakan, mayoritas pembaca tertarik pada buku-buku karangan penulis Arab terkenal seperti penyair dan dramawan Ahmed Shawqi. Atau penulis Suriah al-Tanawi yang mencatat soal pemberontakan di dunia Arab. Namun Anas mengatakan banyak juga yang antusias dengan nama-nama yang lebih akrab di dunia Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement