Sabtu 30 Jul 2016 05:15 WIB

Rusia Bantah Tudingan AS Atas Insiden Peretasan

Rep: Puti Almas/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Rusia, Vladimir Putin
Foto: Reuters
Presiden Rusia, Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia membantah terlibat dalam melakukan peretasan data-data yang dimiliki Amerika Serikat (AS). Menurut negara ini, hal semacam itu hanya akan terjadi apabila Negeri Paman Sam tersebut melakukan tindakan serupa.

Meski demikian, para pejabat AS mengatakan Rusia memiliki motif kuat dalam melakukan serangan semacam itu. Tentunya, kemampuan para hacker di negara itu dinilai tidak diragukan lagi.

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin pernah mengatakan bahwa AS melakukan tindakan peretasan dalam upaya mengetahui kegiatan pemilihan parlemen yang berlangsung di Rusia pada akhir tahun ini. Karena itulah, ia merasa AS sedang mencoba suatu tindakan yang memicu kerusuhan untuk menggulingkan dirinya dari kekuasaan.

"Setiap upaya eksternal yang mencampuri pemilu di Rusia harus dihadang. Anda tentu tahu ada jenis politik tertentu yang digunakan banyak negara, termasuk melalui teknologi," ujar Putin, dilansir Reuters, Jumat (29/7).

Putin terlihat menyinggung upaya AS yang mencampuri sejumlah negara seperti Ukraina, Libya, Mesir, dan Suriah untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Selama ini, AS memicu hal-hal yang pada akhirnya membuat keadaan menjadi tidak stabil dan berujung konflik.

Pengamat Rusia dari Institut Londong King College, Samuel Greene mengatakan Rusia merasa harus melihat politik domestik di negara-negara lain, khususnya AS. Rusia meyakini bahwa AS selama ini mencoba hal serupa untuk tujuan tertentu, salah satunya menurunkan Putin dari kekuasaan.

"Jelas Rusia memandang meretas sistem AS sebagai hal yang adil karena AS melibatkan diri dalam konflik di Ukraina dan negara lainnya di mana Rusia juga memiliki kepentingan," jelas Greene.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement