Sabtu 30 Jul 2016 05:35 WIB

Erdogan: Jenderal AS Berada di Pihak Pengkudeta

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menetapkan status darurat selama tiga bulan, Rabu (20/7), menyusul kudeta gagal pekan lalu.
Foto: Kayhan Ozer/Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menetapkan status darurat selama tiga bulan, Rabu (20/7), menyusul kudeta gagal pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan marah besar atas komentar kepala intelijen nasional Amerikan Serikat. Jenderal AS Joseph Votel menyebut langkah otoritas Turki dalam mengobrak-abrik militer setelah kudeta gagal dapat mengurangi kemampuan melawan ISIS.

Menurut Erdogan, pernyataan itu menunjukkan sang jenderal berada di sisi pemberontak.  "Jenderal AS (Joseph Votel) berdiri di sisi pengkudeta dengan pernyataannya itu," ujar Erdogan saat mengunjungi Golbasi Special Department di Ankara. 

"Sekarang terserah Anda untuk menentukan dalam ini, Siapa Anda? Anda berdiri bersama pengkudeta daripada mengucapkan terima kasih kepada pemerintah. Komplotan pengkudeta ada di negara Anda (AS). Anda memeliharanya," ujar Erdogan mengacu pada Fethullah Gulen.

Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu juga mengkritik pernyataan Votel. Pernyataan itu sangat disayangkan. Menurutnya tentara akan semakin efektif dan bisa dipercaya jika telah dibersihkan dari yang busuk.

"Jika jenderal AS mengatakan hanya anggota struktur paralel yang melawan ISIS, kami sangat menolaknya," tegas Cavusoglu. Struktur paralel dimaksud mengacu pada kelompok Fethullah Terrorist Organization (FETO).

Baca juga, Menyisir Keterlibatan CIA dan Jenderal AS dalam Upaya Kudeta Turki.

Votel dalam pidatonya mengatakan, AS telah memiliki hubungan dengan banyak pemimpin Turki dan petinggi militer. "Saya khawatir mengenai dampak dalam hubungan ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement