Jumat 19 Aug 2016 09:01 WIB

Lima Fakta Olimpiade Jadi Ajang Politik

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Abu Daud, tokoh palestina yang mengaku bertanggung jawab dalam aksi pembunuhan atlet Israel ketika Olimpiade Munich, 1972, berlangsung.
Foto: Reuters
Abu Daud, tokoh palestina yang mengaku bertanggung jawab dalam aksi pembunuhan atlet Israel ketika Olimpiade Munich, 1972, berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpiade seharusnya mampu melewati politik, tetapi beberapa kasus, olimpiade justru dijadikan ajang politik bagi pemerintah. Dilansir dari Time, berikut lima fakta terkait olimpiade dan politik.

1. Muenchen 1972

Olimpiade di Muenchen menjadi kesempatan bagi demokrasi Jerman Barat memperkenalkan kembali dirinya kepada dunia. Keamanan sengaja diperlemah untuk menghilangkan citra Jerman militer.

Namun pada 5 September, delapan anggota kelompok teroris Black September menyerbu Olympic Village dan menyandera hampir seperempat delegasi Israel. Para teroris berharap pembebasan 234 tahanan politik Palestina, tapi Golda Meir menolak negosiasi.

Pemerintah Jerman Barat gagal dalam upaya penyelamatan yang mengakibatkan kematian enam pelatih Israel, lima atlet Israel dan satu polisi Jerman Barat.

Momok Muenchen masih membayangi pertandingan 44 tahun kemudian. Rio telah mengerahkan pasukan keamanan sebanyak 85 ribu personel. Intelijen AS telah mengirim lebih dari 350 mata-mata ke Brasil untuk meningkatkan keamanan Olimpiade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement