Ahad 11 Sep 2016 16:22 WIB

Korsel Cemaskan Kemajuan Nuklir Korut

Rep: Puti Almas/ Red: Budi Raharjo
Partisipan memasang foto pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam demonstrasi menentang uji nuklir dan misil. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Partisipan memasang foto pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam demonstrasi menentang uji nuklir dan misil. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) telah mengembangkan teknologi nuklir dengan cepat, Sabtu (10/9). Hal ini menyusul adanya tes terbaru yang dilakukan oleh negara terisolasi itu pada Jumat (9/9) dan diklaim sebagai yang terbesar. 

Uji coba nuklir kali ini disebut sebagai bukti Korut telah menguasai kemampuan menempatkan hulu ledak pada rudal balistik. Bahkan, kemampuan ledakan yang dihasilkan dari senjata itu jauh lebih besar dibandingkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II. 

Atas perkembangan yang signifikan ini, Korsel menyerukan agar tindakan keras segera dilakukan. Sanksi yang telah diberikan oleh PBB dinilai tidak cukup menghentikan negara yang dipimpin Kim Jong Un itu menambah kemampuan teknologi nuklir yang dimilikinya. 

"Perkembangan teknologi nuklir Korut telah tumbuh dengan cepat ke tingkat yang cukup. Mengingat uji coba nuklir kelima ini adalah yang terkuat dalm skala dan interval," ujar Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung Se, Sabtu (10/9) seperti ditulis Reuters

Amerika Serikat (AS) mengatakan akan bekerja sama dengan sejumlah mitra PBB untuk menjatuhkan sanksi baru. Negara itu juga meminta Cina, sebagai sekutu dekat Korut guna memberi pengaruh dan menekan Pyongyang agar menghentikan program nuklirnya. 

Cina telah berbicara dengan duta besar Korut di negara itu, Ji Jae Ryong, terkait peluncuran uji coba nuklir terbaru tersebut. Negeri Tirai Bambu ini meminta agar Korut tidak mengambil tindakan baru terkiat pengembangan nuklir karena hal ini sangat tidak kondusif untuk perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea. 

"Cina mendesak Korut untuk tidak mengambil tindakan apapun lagi yang bisa memperburuk ketegangan dan secepatnya kembali ke arah yang seharusnya," ujar wakil menteri luar negeri Cina, Zhang Yesui.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement