Selasa 27 Sep 2016 13:03 WIB

Pertarungan Pemerintah Kolombia-FARC akan Berlangsung di Kotak Suara

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos (kedua kiri) berbicara dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon. Presiden Kuba Raul Castro (kedua kanan) berbicara dengan pemimpin FARC Rodrigo Londono dalam penandatanganan kesepakatan damai, Senin, 26 September 2016.
Foto: AP Photo/Fernando Vergara
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos (kedua kiri) berbicara dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon. Presiden Kuba Raul Castro (kedua kanan) berbicara dengan pemimpin FARC Rodrigo Londono dalam penandatanganan kesepakatan damai, Senin, 26 September 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, CARTAGENA -- Kolombia telah resmi mengakhiri perang saudara berusia 52 tahun pada Senin (26/9). Kini Kolombia siap menyambut pemilu yang akan digelar Ahad, 2 Oktober 2016.

Jajak pendapat menunjukkan momen demokrasi ini akan berlangsung dengan mudah. Penduduk merayakan perdamaian dengan meriah dan penuh haru. Hari itu dipenuhi dengan harapan.

"Hidup Kolombia, Hidup perdamaian," teriak rakyat saat Presiden Juan Manuel Santos menjabat tangan pemimpin kelompok oposisi Rodrigo Londono.

Ini adalah jabatan tangan pertama mereka yang menandakan era baru Kolombia.

"Malam mengerikan yang menyelimuti kita lebih dari setengah abad telah berakhir, kita buka hati kita di pagi yang baru, menuju matahari yang penuh dengan kemungkinan di langit Kolombia," kata Santos sambil menangis.

Baca: Penuh Haru, Kolombia-FARC Akhirnya Resmi Berdamai

Upacara resmi yang menandakan perdamaian itu dihadiri oleh ribuan orang. Mereka juga mengheningkan cipta selama semenit untuk mengenang ratusan ribu korban yang tewas selama perang.

Kelompok oposisi yang dipimpin Londono atau akrab disapa Timochenko itu pun akan berubah jadi partai politik tak bersenjata. Pertarungan pertama mereka kali ini akan berlangsung di kotak suara.

"Kami akan melucuti senjata dari pikiran dan hati kami," kata Timochenko.

Ia juga meminta maaf pada para korban kelompok FARC. Momen yang hangat itu terjadi di kota pelabuhan Cartagena, Karibia dengan tema serba putih.

Tampak sejumlah tamu penting hadir, seperti Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Menlu AS John Kerry dan Presiden Kuba Raul Castro. Kuba menjadi negara penting yang berperan dalam terciptanya perdamaian Kolombia.

Pembicaraan damai selama empat tahun dilakukan Santos dan Timochenko di Havana. Kini setelah resmi berdamai, niat baik FARC pun disambut gembira. Pada Senin, Uni Eropa telah menghapus FARC dari daftar kelompok teroris mereka.

Sementara AS masih akan melakukan sejumlah peninjauan ulang untuk melakukan hal itu. Meski demikain, AS menjanjikan bantuan sebesar 390 juta dolar AS untuk Kolombia tahun depan untuk mendukung implementasi pascaperdamaian.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement