Rabu 28 Sep 2016 08:46 WIB

Ada Ledakan, Polisi Jerman Jaga Ketat Tiga Masjid

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Muslim Jerman (ilustrasi)
Foto: weaselzippers.us
Muslim Jerman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DRESDEN -- Kepolisian Jerman meningkatkan perlindungan kepada lembaga Muslim di Dresden. Hal dilakukan usai dua ledakan bom terjadi, satu di masjid dan lainnya di pusat konferensi internasional.

Kepala Polisi Dresden, Horst Kretzschmar, meyakini ada hubungan ledakan bom dengan rencana perayaan ulang tahun reunifikasi Jerman pada 3 Oktober mendatang. Ia mengungkapkan, keamanan ekstra telah diberikan di tiga masjid, pusat sosial Muslim dan sejumlah ruang shalat.

"Kalau pun kita tidak memiliki klaim tanggung jawab, kita harus lakukan itu atas dasar motif xenophobia," kata Kretzschmar, Rabu (28/9).

Setelah ledakan, Pusat Konferensi Internasional Dresden  rusak oleh sejumlah perangkat bom buatan. Mehmet Demirbas, pendiri masjid dan salah satu korban menuturkan, selama ini koomunitas Muslim telah menerima beberapa serangan.

"Di masa lalu panel kaca dirusak atau ada grafiti di dinding, tapi ini yang pertama kali serangan seperti ini terjadi, mudah-mudahan ini jadi yang terakhir dan kami bisa tinggal dengan senang hati di Dresden," ujar Demirbas.

Masuknya sekitar satu juta imigran yang sebagian besar umat Islam ke Jerman tahun lalu telah meningkatkan ketegangan sosial, terutama di Jerman Timur. Beberapa serangan tingkat tinggi terjadi dan menimpa sejumlah penampungan imigran yang ada di sana.

Baca juga,  Rangkaian Bom di Dresden Sasar Masjid dan Kantor Kongres.

Dukungan untuk Partai Alternative for Germany (AFD), yang menganggap Islam tidak kompatibel dengan konstitusi, meningkat karena kebijakan Kanselir Angela Merkel. Namun, Pimpinan Partai AFD, Frauke Petry, mengutuk serangan yang terjadi di Masjid Dresden.

"Menyerang sebuah bangunan di mana orang menyembah Tuhan adalah barbar, apakah itu di gereja, masjid atau sinagog," kata Petry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement