Jumat 30 Sep 2016 11:34 WIB

Pengakuan Saksi Mata Kecelakaan Kereta New Jersey

Kecelakaan kereta di New Jersey menghancurkan stasiun di New Jersey
Kecelakaan kereta di New Jersey menghancurkan stasiun di New Jersey

REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY -- Kereta New Jersey No1614 yang mengarah ke selatan dari Spring Valley, New York, sebelum pukul 07.30 pagi, dan melalui 16 perhentian adalah transportasi yang biasa dipakai ratusan penumpang untuk bepergian pagi hari.

Namun, sekitar pukul 08.45, ketika kereta mendekati tujuan akhir di Hoboken, di Hudson River yang berhadapan dengan Manhattan, Linda Albelli (62 tahun) menyadari dari kursinya di bagian belakang kereta ada yang tidak benar.

“Saya berpikir, ‘Tuhan, kereta ini tidak melambat dan di sini biasanya kami berhenti,” katanya pada Reuters saat dihubungi lewat telepon.

Beberapa detik berlalu, kereta itu menabrak Hoboken Terminal, menewaskan satu orang dan melukai lebih dari 100 orang lain, seperti diungkapkan para saksi mata yang mendeskripsikan adegan mengerikan itu.

Baca: Korban Kecelakaan Kereta New Jersey Tewas Tertimpa Reruntuhan

Jaime Weatherhead-Saul, yang naik dari Wood-Ridge, New Jersey sedang berdiri di antara gerbong satu dan dua saat kereta menabrak jalur pemberhentian di stasiun Hoboken yang merubuhkan sebagian kolom penyangga atap.

“Rasanya kereta tidak pernah berhenti,” katanya. “Ada orang di depan saya yang jatuh, saling menimpa dan mereka cedera. Orang di depan saya cedera berat. Lalu kami dengar orang berteriak di gerbong pertama.”

Mike Scelzl duduk di gerbong pertama, tidak memperhatikan ketika kereta mendadak keluar dari jalur. “Saat kami masuk, ada teriakan,” katanya. “Bukan teriakan sakit tapi teriakan kaget," katanya, dikutip Antara News.

Di stasiun, William Blaine, insinyur kereta Norfolk Southern, baru saja turun dari kereta barang dan mau minum kopi saat dia mendengar suara ledakan bagai bom. “Saat saya berlari, saya melangkahi orang yang sudah mati,” katanya. “Saya melihat tubuh.”

Masinis New Jersey Transit Mike Larson juga sedang di stasiun saat mendengar ledakan ketika kereta menabrak jalur pemberhentian dan melayang di udara. “Sulit dipercaya,” kata Larson yang celananya ternoda oleh darah korban. “Saya tidak pernah melihat sesuatu seperti itu selama 29 tahun.”

Tabrakan itu membuat orang kocar-kacir mencari keselamatan. Erika Schaffer (35) sedang berjalan menuju kantornya dekat situ setelah sarapan ketika ia mendengar suara tabrakan, diikuti orang yang berlarian dari stasiun, sebagian berteriak, sebagian berdarah.

Para penumpang cedera yang terjebak di dalam gerbong pertama berhasil kabur lewat jendela kereta, sedangkan penumpang lain membantu mereka keluar. “Saat turun kami menyadari orang-orang terjebak dan mereka harus keluar lewat jendela. Dan konduktor keluar dan dia berlumuran darah,” kata Weatherhead-Saul.

Penumpang di bagian belakang kereta lebih beruntung. Amy Krulewitz yang berada di gerbong keempat mengatakan pintu terbuka dan penumpang berhasil keluar dengan tertib. Ketika ia melihat dua gerbong depan, ia terkejut.

“Saya tidak tahu gerbong depan akan seperti apa,” katanya.

Beberapa saksi mata mengtakan sebagian orang, kemungkinan komuter yang telah menunggu di peron, terperangkap di bawah reruntuhan. Pihak berwenang mengatakan mereka segera diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit.

Lusinan orang dibawa dengan tandu ketika personel gawat darurat masuk dan keluar stasiun. “Ketika kami ke peron kami tidak tahu harus kemana,” kata Albelli. “Atap roboh. Ada sangat banyak orang yang butuh bantuan.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement